Kamis, 28 Januari 2016

turki usmani

A.   pendahuluan
1.    Latar Belakang Timbulnya Daulah Osmaniyah/ Kekaisaran Turki Ottoman (1299-1923 M)[1]
Sesudah runtuhnya Kerajaan Bagdhad dengan naiknya bangsa Mongol dan Tartar, boleh dikatakan tidak ada lagi kerajaan islam yang besar dan menjadi tumpuan harapan dunia islam. Tatkala bangsa Tartar bangkit menyerbu ke Dunia Islam, menaklukkan, membakar, membunuh dan merampas, maka Sulaiman Syah (datuk Sultan Osman) melihat bahaya itu bagi negerinya di Mahan, mengadakan mufakat dengan sekutunya untuk pindah ke negeri lain yang lebih aman, yaitu Anatolia di Asia Kecil, mereka berangkat membawa 1000 orang berkuda sekitar abad ke-7 H. [2]
Beberapa lama mereka berhenti di Akhlat, sampai pada akhirnya tentara Tartar mendekat kenegeri itu, mereka pun pindah ke Azerbaizan hingga terdengar bahwa tentara Tartar sudah menjauh dari kampung halaman mereka (Mahan). Maka Sulaiaman Syah berniat untuk kembali ke tanah kelahirannya dan diperjalanan pulang mereka berhenti di Benteng Ja’bar wilayah Orga, setelah itu mereka menyebrangi sungai Ephat, ketika itu tiba-tiba air sungai meluap dan Sulaiman Syah pun tenggelam dan dimakamkan di dekat benteng Ja’bar.
Beliau meninggalkan empat orang putra yaitu Sankurtakin, Kuntogdai, Artugrul dan Dandan. Dua anak sulungnya meneruskan niat ayahnya kembali ke Mahan sedangkan Artugul dan Dandan meneruskan niat ayahnya pergi ke daerah Anatolia mencari daerah yang subur, mereka memilih tanah Erzerum dan mengangkat Artugrul menjadi kepala Kabilah, sedangkan dua saudaranya yang pulang tidak terdengar lagi sejarahnya. [3]
Ketika Artugrul dan Dandan tiba di daerah Anatolia, Artugrul mengutus anaknya Sauji menghadap Sultan ‘Ala’uddin Kaiqubas Sultan Saljuk Rumi, memohon agar baginda sudi memberi izin berdiam di dalam wilayah kekuasaannya, dan mohon diberi tanah untuk bercocok tanam dan mengembalakan ternak mereka. Permohonan itu diperkenankan oleh Sultan ‘Ala’uddin. Dalam perjalanan pulang membawa kabar dari Sultan, Sauji meninggal dunia dan dimakamkan, tiba-tiba mereka melihat dua pasukan yang sedang bertempur satu pasukan jumlahnya sedikit dan pasukan yang lain berjumlah banyak, maka timbullah semangat keadilan pada Artugrul, sehingga dengan segera memerintahkan anak buahnya untuk membantu yang lemah, semangat mereka semakin bergelora ketika mengetahui bahwa yang kuat itu tentara Mongol sedangkan tentara yang lemah adalah dari pihak Sultan ‘Ala’uddin yang telah memberi tanah pada mereka, karena mendapat bantuan baru maka tentara Sultan ‘Ala’uddin Saljuk pun bisa menghalau tentara Mongol, sehingga Sultan ‘Ala’uddin sangat gembira atas kabar tersebut dan mengundang Artugrul keistana, diterimanya dengan serba penghormatan, diberilah pakaian, menambah tanah dan wilayah kekuasaan lebih luas dari yang diberikan pertama. Sampai seterusnya ketika terjadi peperangan Artugrul selalu membawa perajuritnya untuk membantu ‘Ala’uddin dan setiap mendapat kemenangan Sultan memberi tanah dan kekuasaan dan harata benda yang banyak sampai tentara Artugrul diberi gelar oleh Sultan ‘Muqaddamah Sultan’ (Tentara Pelopor Baginda) karena apabila berperang tentara Artugrul pasukan terdepan.
Pada tahun 687 H/ 1288 M. [4] Artugrul meninggal, dan untuk penggantinya Sultan Alauddin menunjuk Putra Sauji yaitu Osman (cucu Artugrul). Osman I terus setia berkhidmat sebagai kepala tentara sultan, karena kesetiaan dan kegagah beraniannya sultan memberi gelar ‘Bey’ diberi pula daerah sendiri dan diberi izin memakai matawang sendiri, dan boleh memakai nama sendiri didalam khutbah jumat, sehingga seakan-akan Osman adalah raja besar yang belum bermahkota.
Pada tahun 699 H/ 1300M,[5] Tentara Tartar menyerang kembali dengan dahsyat dan Osman kembali menghadang pasukan Tartar sampai memukul mundur. Tidak lama setelah penyerangan itu Sultan ‘Alauddin meninggal dan keturunan beliau belum ada yang pantas menjadi raja sehingga putuslah kerajaan Saljuk Rumi, sehingga Osman I yang menggantikan kerajaan dengan memakai gelar ‘Pardisyah Aal Osman’ (Raja Basar Keluarga Osman) dan beliau memilih negeri Iskisyihar menjadi pusat kerajaan. Untuk memperkuat wilayahnya dia mengirim surat pada kerajaan-kerajaan kecil yang belum islam dengan isi surat memilih salah satu di antara tiga: pertama islam, kedua membayar jizyah, ketiga perang.
Setelah menerima surat tersebut kerajaan-kerajaan di Asia kecil, sebagian langsung masuk islam dan bergabung dengan daulah osman, sebagian ada yang tetap dengan agamanya dan membayar jizyah, dan sebagian lagi tidak mau tunduk dan meminta bantuan ke negeri Tartar. Sehingga Osman I meperkuat pasukan untuk menghalau serangan tentara Tartar di bawah pimpinan anaknya Ourkhan dan tentara Tartar pun dibuat kocar-kacir, setelah itu dia mengepung kota Bursa pada 717H/ 1317 M, dan menaklukkan satu benteng demi satu benteng
Pada pertengahan abad ke-13, [6] Osman I memperluas wilayahnya sampai ke batas kekaisaran Bizantium dan memindahkan ibu kota kesultanan ke Bursa, dan memberi pengaruh yang kuat terhadap perkembangan awal politik kesultanan tersebut. Pada periode ini terlihat terbentuknya pemerintahan formal Osmaniyah, bentuk institusi tersebut tidak berubah selama empat abad. Pemerintahan Osmaniyah mengembangkan suatu sistem yang dikenal dengan nama Millet (berasal dari bahasa Arab millah), yaitu kelompok agama dan suku minoritas dapat mengurus masalah mereka sendiri tanpa intervensi dan kontrol yang banyak dari pemerintah pusat.
Setelah Osman I meninggal tahun 726 H/ 1326 M. [7] Maka naik tahta putranya yang bernama Sultan Ourkhan I, dan memperluas wilayahnya sampai ke bagian timur Mediterania dan Balkan serta perang kosovo yang secara efektif mengakhiri kekuasaan kerajaan Serbia dan memberi peluang merambah ke Eropa, kerajaan Osmaniah hampir mengontrol seluruh wilayah kekuasaan Bizantium terdahulu. Wilayah kekaisaran Bizantium di Yunani luput dari kekuasaan kesultanan berkat serangan Timur Lenk ke Anatolia tahun 1402, menjadikan Sultan Bayezid I sebagai tahanan. [8]
Sepeninggal Timur Lenk Mehmed II melakukan perombakan struktur kesultanan dan militer, dan menunjukkan keberhasialan dengan menundukkan kota Konstantinopel pada tanggal 29 Mei 1453 pada usia 21 tahun, kota tersebut menjadi ibu kota baru kesultanan Osmaniyah, sebelum terbunuh Mehmed II, pasukan Osmaniyah berhasil menaklukkan Korsika, Sardinia dan Sisilia, namun sepeninggalnya rencana menaklukkan Italia dibatalkan. (Abidurrohman, 2009: 4)

B.   Pembahasan
1.    Perkembangan Kerajaan  ±1453-1683 M. [9]
Periode ini bisa dibagi menjadi dua masa yaitu masa perluasan wilayah dan perkembangan ekonomi serta budaya (sampai tahun 1566) dan masa stagnasi militer dan politik.


a.    Perluasan Wilayah dan Puncak Kekuasaan ±1453-1566 M.  
Diawali dengan terjadinya pertempuran Zonchio pada tahun 1499 yang merupakan perang laut yang pertama yang menggunakan mariam sebagai senjata di kapal perang, menandakan kebangkitan angkatan laut kesultanan Osmaniyah. [10]
Penaklukkan Konstantinopel mengukuhkan status kesultanan sebagai kekuatan besar di Eropa Tenggara dan Mediterania Timur, pada masa ini kekaisaran Osmaniyah memasuki periode penaklukkan dan perluasan wilayah sampai ke Eropa dan Afrika Utara.
Kesultanan ini memasuki zaman kejayaannya di bawah beberapa sultan. Sultan Selim I (1512-1520) secara dramatis memperluas batas wilayah kesultanan dengan mengalahkan Shah Dinasti Safavid dan Persia, Ismail I, di perang Chaldiran. Selim I pun memperluas kekuasaan sampai ke Mesir dan menempatkan kapal-kapal kesultanan di Laut Merah.
Di bawah pemerintahan Selim dan Sulaeman angkatan laut kesultanan Osmaniyah menjadi kekuatan dominan, mengontrol sebagian besar Laut Mediterania. Kebesaran lainnya meliputi penaklukkan Tunis dan Aljazair dari Spanyol, evaluasi umat Muslim dan Yahudi dari spanyol kewilayah kesultanan Osmaniyah sewaktu inkuisisi Spanyol, dan menaklukkan Nice dari kekaisaran suci Romawi tahun 1543. Penaklukkan terakhir atas nama Prancis sebagai pasukan gabungan dengan Raja Prancis yaitu Francis I dan Barbarossa. Prancis dan kesultanan Osmaniyah bersatu berdasarkan kepentingan bersama atas kekuasaan Habsburg di Selatan dan Tengah Eropa, menjadikan sekutu yang sangat kuat. Selain kerjasama militer juga kerjasama ekonomi, Prancis diberikan hak untuk dagang dan tidak dipungut pajak. Pada saat itu kesultanan Osmaniyah bersekutu dengan Prancis, Inggris dan Belanda melawan Habsburg Spanyol, Italia dan Habsburg Austria.
Di bawah pemerintahan Sulaiman lah puncak kegemilangan Khilafah Osmaniyah, dia dikenal dan dihormati oleh rakyatnya dengan sebutan “al-Qanuni” (pemberi hukum) sampai namanya  diabadikan menjadi nama himpunan perundang-undangan. [11]
Dia memberi tugas kepada Ibrahim al-Halabi (Aleppo, W. 1549, Hitti, P.K., 2010: 911) untuk menyusun sebuah buku hukum yang berjudul Multaqa al-Abhur (titik pertemuan lautan), buku tersebut menjadi referensi undang-undang hukum Khilafah sampai terjadinya reformasi sekitar abad ke-19.
Karya Sultan Sulaiman dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya dapat dilihat dengan mendirikan masjid, sekolah, rumah sakit, istana, musoeum, jembatan, terowongan, jalur kereta, dan pemandian umum, fasilitas tersebut mencapai 235 buah yang dibangun oleh arsitek kepercayaannya, Sinan.

b.    Pemberontakan dan Kebangkitan Kembali ±1566-1683 M.[12]
Sepeninggal Sulaeman tahun 1566, beberapa wilayah kekuasaan kesultanan mulai menghilang, kebangkitan kerajaan-kerajaan Eropa di Barat beserta penemuan jalur alternatif Eropa ke Asia melemahkan perekonomian Kesultanan Osmaniyah. Walaupun begitu, kesultanan ini tetap menjadi kekuatan ekspansi yang besar sampai kejadian pertempuran Wina tahun 1683 yang menandakan berakhirnya usaha ekspansi kesultanan Osmaniyah ke Eropa.
Kerajaan-kerajaan Eropa mulai berusaha mengatasi kontrol monopoli jalur perdagangan ke Asia oleh kesultanan Osmaniyah dengan menemukan jalur alternatif. Secara ekonomi pemasukan Spanyol dari benua baru memberikan pengaruh pada devaluasi mata uang Kesultanan dan mengakibatkan inflasi yang tinggi, hal ini memberikan efek negatif terhadap semua lapisan masyarakat Osmaniyah.
Pertempuran Lepanto tahun 1571,[13] di Eropa Selatan sebuah koalisi antar kekuatan dagang Eropa di Semenanjung Italia berusaha untuk mengurangi kekuatan kesultanan Osmaniyah di Laut Mediterania dimenangkan oleh koalisi tersebut mengakhiri supermasi kesultanan pada akhir abad 16 masa keemasan yang ditandai dengan penaklukan dan perluasan wilayah berakhir.
Murad IV (1622-1640) yang menaklukkan Yereva tahun 1635 dan Bagdhad tahun 1639 dari kesultanan Safavid adalah satu-satunya Sultan yang menun jukkan kontrol militer dan politik yang kuat di dalam kesultanan, Murad IV merupakan Sultan terakhir yang memimpin pasukannya maju ke medan perang.
Pemberontakan Jelali (1519-1610) dan Pemberontakan Yenisaris (1622) mengakibatkan ketidak pastian hukum dan pemberontakan di Anatolia akhir abad 16 dan awal abad 17 berhasil menggulingkan beberapa pemerintahan.
Kesultanan Wanita (1530-1660) adalah periode di mana pengaruh politik dari Harem kesultanan sangat besar, ibu dari Sultan yang muda mengambil alih kekuasaan atas nama putranya, Hurrem Sultan mengangkat dirinya sebagai pewaris Nurbanu, dideskripsikan oleh perwakilan Wina Andrea Giritti sebagai wanita yang saleh, berani dan bijaksana. Masa ini berakhir sampai pada kekuasaan Sultan Kosem dan menantunya Turhan hatice, yang mana persaingan diantaranya berakhir dengan terbunuhnya Kosem tahun 1651, periode ini digantikan oleh Era Köprülü (1656-1703) yang mana kesultanan pada masa ini pertama kali dikontrol oleh beberapa anggota kuat dari Harem dan kemudian oleh beberapa Perdanan Mentri (Grand Vizier).
Serangan kedua Wina tahun 1683,[14] di medan perang kesultanan Osmaniyah secara perlahan-lahan tertinggal dengan teknologi militer orang Eropa dimana inovasi yang sebelumnya menjadi faktor kekuatan militer kesultanan terhadang oleh konservatisme agama yang mulai berkembang, perubahan taktik militer di Eropa menjadikan pasukan Sipahi yang dulunya ditakuti menjadi tidak relevan, kesatuan dan disiplin pasukan menjadi permasalahan disebabkan oleh kebijakan relaksasi rekrutmen dan peningkatan jumlah Yenisaris yang melebihi pasukan militer lainnya.
Serangan kedua Wina itulah yang dianggap sebagai tanda-tanda awal kehancuran khilafah Osmaniyah sekitar tahun 1683, selanjutnya diperparah dengan adanya kebijakan kerajaan yang lebih mementingkan peperangan ketimbang memakmurkan rakyat, juga populasi yang heterogen di antara kelompok, ras dan agama menjadi perpecahan. Keadaan tersebut menjadi lahan empuk timbulnya faham Nasionalisme, Separatisme, dan Misionarisme.

c.    Kedaan Politik Menjelang Keruntuhan
Politik disini dibagi menjadi dua,[15] pertama politik dalam negeri yaitu penerapan hukum islam di wilayahnya, mengatur muamalat, menegakkan hudud dan sanksi hukum, menjaga akhlak, mengurus urusan rakyat sesuai hukum islam, menjamin pelaksanaan syiar dan ibadah, semua ini dilaksakan dengan tatacara islam.
Ada dua faktor yang membuat Kholifah Turki Osmaniyah mundur, yaitu: 1. Buruknya pemahaman islam, 2. Salah menerapkan islam. Sebetulnya dua permasalahan tersebut bisa diatasi saat kehalifahan dipegang oleh orang kuat dan keimanannya tinggi, tetapi kesempatan ini tidak dimanfaatkan dengan baik, Sulaeman II yang dijulukial-Qonun karena jasanya mengadopsi UU sebagai sistem khilafah, yang pada saat itu merupakan khilafah terkuat, malah malah menyusun UU menurut Madzhab tertentu yaitu Hanafiyah dengan kitab Pertemuan Berbagai Lautannya yang ditulis Ibrohim Halabi (1549) padahal khilafah islam bukan negara Madzhab.
Dengan tidak dimanfaatkannya kesempatan emas ini untuk perbaikan dua hal tadi, bahkan malah mengambil UU oleh Sulaiman II dan penyimpangan dalam pengangkatan kholifah tidak disentuh oleh Uu, dampaknya setelah berakhir kekuasaan Sulaimanul Qonun, yang menjadi kholifah adalah orang lemah, seperti Sultan Mustafa I (1617), Osman II (1617-1621), Murod IV (1622-1640), Ibrohim bin Ahmed (1639-1648), Mehmed IV (1648-1687), Sulaiman II (1687-1690), Ahmed II (1690-1694), Mustafa II (1694-1703), Ahmed III (1703-1730), Mahmud I (1730-1754), Osman III (1754-1787), Mustafa III (1757-1773), dan Abdul Hamid I (1773-1788). Inilah yang membuat militer Yennisari yang dibentuk Sultan Ourkhan saat itu memberontak (1525, 1632, 1727 dan 1826), sehingga mereka dibubarkan (1785), selain itu majemuknya rakyat dari segi agama, etnik, dan madzhab perlu penguasa berintelektual tinggi. Sehingga para pemimpin lemah itu memicu pemberontakan kaum Druz yang dipimpin oleh Fakhruddin bin Al-Ma’ni. (Abidurrohman, 2009: 8)
 Kedua politik luar negeri ini membuat negeri khilafah dakwah dan jihad berhenti sejak abad 17, sehingga Yennisari membesar, lebih dari pasukan dan pegawai pemerintah biasa, sementara pemasukan negara merosot, ini membuat khilafah terpuruk karena suap dan korupsi. Para wali dan pegawai tinggi memanfaatkan jabatannya untuk jadi penjilat dan penumpuk harta, ditambah menurunnya pajak dari Timur Jauh yang melintas wilayah khilafah, setelah ditemukannya jalur utama yang aman sehingga bisa langsung ke Eropa. Ini membuat mata uang khilafah tertekan sementara pendapatan negara seperti tambang tak bisa lagi menutupi kebutuhan uang yang terus meningkat.
Paruh kedua abad 16, terjadilah krisis moneter saat emas dan perak diusung ke negeri laut putih tengah dan dunia baru lewat kolonial Spanyol. Mata uang khilafah semakin terpuruk, terjadi inflasi hebat. Mata uang Baroh diluncurkan oleh Sultan tahun 1620 tetap gagal mengatasi inflasi, lalu keluarlah mata uang Qisry pada abad 17, inilah yang membuat pasukan Osmaniyah di Yaman memberontak pada paruh kedua abad 16 akibat adanya korupsi negara harus menanggung utang 300 juta lira.[16]
Dengan tak dijalankannya politik luar negeri yang islami, dakwah dan jihad, pemahaman jihad sebagai cara mengemban idiologi islam keluar negeri hilang dari benak muslimin dan kholifah. Ini terlihat pada saat sultan Abdul Hamid Khan I meminta Syekh al-Azhar membaca Shohihul Bukhori di al-Azhar agar Alloh SWT memenangkannya atas Rusia (1788), Sultan pun meminta kepada Gubernur Mesir saat itu agar memilih 10 ulama dari seluruh mazhab membaca kitab itu setiap hari.
Sejak jatuhnya Konstatinopel abad 15, Eropa-Kristen melihatnya sebagai awal masalah ketimuran, sampai abad 16 saat penaklukan Balkan, seperti Bosnia, Albania, Yunani dan kepulauan Ionia. Ini membuat Paus Paulus V (1566-1572) menyatukan Eropa yang dilanda perang antar agama, sesama kristen yaitu Protestan dan Katolik. Konflik ini berakhir setelah konferensi Westafalia (1667). Saat itu peluasan wilayah oleh Sultan terhenti setelah kekalahan khilafah oleh Eropa dalam perang Lepanto (1571), khilafah hanya mempertahankan wilayahnya. Ini dimanfaatkan oleh Austria dan Venezia untuk memukul khilafah. Pada perjanjian Carlowitz (1699), wilayah Hongaria, Slovenia, Kroasia, Hemenietz, Padolia, Ukraina, Morea dan sebagian Dalmatia lepas, masing-masing ke tangan Venezia dan Habsburg, bahkan khilafah harus kehilangan wilayahnya di Eropa pada perang Krim (abad 19), tragis lagi setelah perjanjian San Stefano (1878) dan Berlin (1887).[17]
Mengahadapi kemerosotan itu, khilafah melakukan reformasi (abad ke 17 dst), namun lemahnya pemahaman islam membuat reformasi gagal, karena saat itu khilafah tidak mampu membedakan IPTEK dengan peradaban dan pemikiran. Ini membuat munculnya struktur baru dalam negara, yakni perdana menteri yang tak dikenal sejarah islam kecuali setelah terpengaruhnya oleh demokrasi barat yang mulai merasuk ke tubuh khilafah. Saat itu penguasa dan Syaikhul islam membuka terhadap demokrasi lewat fatwa Syaikhul Islam yang kontroversi. Bahkan setelah itu terbentuk Dewan Tanzimat (1839) semakin kokohlah pemikiran barat, setelah disusunnya beberapa UU, seperti UU Acara Pidana (1840), UU Dagang (1850), tambah rumusan konstitusi 1876 oleh Gerakan Turki Muda, yang berusaha membatasi fungsi dan kewenangan kholifah.

d.    Konspirasi Menghancurkan Khilafah [18]
1)    Gerakan Misionaris
Ahlu Dzimmah (khususnya orang kristen yang mendapat hak istimewa zaman Sulaiman II), akhirnya menuntut persamaan hak dengan muslimin. Bahkan hak istimewa ini digunakan untuk melindungi provokator dan intel asing dengan jaminan perjanjian antara khilafah dengan Bizantium (1521), Prancis (1535), dan Inggris (1580). Dengan hak istimewa ini jumlah orang Kristen dan Yahudi meningkat di dalam negeri. Ini memanfaatkan misionaris yang mulai menjalankan gerakan sejak abad 16. Malta Suriah (1620)
2)    Gerakan Nasionalisme dan Separatisme
Gerakan Nasionalisme dan Separatisme telah dipropagandakan negara-negara Eropa seperti Inggris, Psrancis, dan Rusia. Itu bertujuan untuk mengahncurkan khilafah islam. Keberhasilan memakai sentimen kebangsaan dan separatisme di Serbia, Hongaria, Bulgaria dan Yunani mendorongnya memakai cara yang sama diseluruh wilayah khilafah. Hanya usaha ini lebih difokuskan di Turki dan Arab, sementara itu kedubes Inggris dan Prancis di Istambul dan daerah-daerah basis khilafah seperti Baghdahad, Damsyik, Bairut, Kairo, dan Jeddah, telah menjadi pengendalinya. Untuk menyukseskan misinya dibangunlah dua markas, yaitu di Bairut yang bertugas memainkan peranan jangka panjang, yakni mengubah putra-putri islam menjadi kafir dan mengubah sistem islam menjadi sistem kufur, kedua markas Istambul bertugas memainkan peranan jangka pendek yaitu memukul telak khilafah.
Kedubes Eropa pun mulai aktif menjalin hubungan dengan orang Arab, di Kairo dibentuk Partai Desentralisasi yang diketuai Rofiqul ‘Adzim, di Bairut Komite Reformasi dan Forum Harfiah dibentuk. Inggris dan Prancis menyusup ketengah orang Arab yang memperjuangkan nasionalisme Arab. Dokumen yang ditemukan dikonsulat Prancis Damsyik telah membongkar rencana penghianatan kepada khilafah yang didukung Inggris dan Prancis.
Di Markas Istambul negara-negara Eropa tak hanya puas merusak putra-putri umat islam di sekolah dan Universitas lewat propaganda. Mereka ingin memukul khilafah dari dekat secara telak, caranya ialah mengubah sistem pemerintahan dan hukum islam dengan sistem pemerintahan Barat dan hukum kufur, kompanyenya mulai dilakukan Rasyid Pasha, menlu zaman Sultan Abdul Mejid II (1839) tahun itu juga naskah terhormat Kholkhonah yang dijiplak dari UU di Eropa diperkenalkan, tahun 1855 negara-negara Eropa khususnya Inggris memaksa khilafah Osmaniyah mengamdemen UUD sehingga dikeluarkan Naskah Hemayun tanggal 11 Februari 1855, Midhat Pasha adalah salah satu anggota kabatinan Bebas diangkat menjadi perdana Menteri pada tanggal 1 September 1876 ia membentuk panitia Ad Hoc menyusun UUD menurut Konstitusi Belgia, inilah yang dikenal dengan Konstitusi 1876, namun konstitusi ini ditolak oleh Sultan Abdul Hamid II dan Sublime Port Syariat. Midhat Pasha pun dipecat dari kedudukan perdanan menteri. Turki muda yang berpusat di Salonika yaitu pusat komunitas Yahudi Dunamah yang memberontak tahun 1908. Kholifah dipaksa untuk melakukan keputusan konferensi Berlin dan mengumumkan UUD yang diumumkan Turki Muda Salonika, kemudian membubarkan parlemen yang pertama dalam khilafah Turki Osmaniyah tanggal 17 November 1908. Bekerja sama dengan syaikhul islam, Sultan Abdul Hamid II dipecat dari jabatannya, dan dibuang ke Salonika, sejak itu sistem pemerintahan islam berakhir.
Tampaknya Inggris belum puas menghancurkan khilafah Turki Osmaniyah secara total, perang Dunia I tahun 1914 dimanfaatkan Inggris menyerang Istambul dan menduduki Gallipoli, dari sinilah kopanye Dardanella yang terkenal itu mulai dilancarkan, penduduk Inggris dikawasan ini juga dimanfaatkan untuk mendongkrak popularitas Mustafa Kemal Pasha yang sengaja dimunculkan sebagai pahlawan perang Ana Forta tahun 1915, ia agen Inggris keturunan Yahudi Dunamah dari Salonika yang melakukan agenda Inggris, yakni melakukan revolusi kufur untuk menghancurkan khilafah islam, ia menyelenggarakan konggres Nasional di Sivas dan menelurkan Deklarasi Sivas tahun 1919, yang mencetuskan Turki merdeka dan negeri islam lainnya dari penjajah, sekaligus melepaskannya dari Turki Osmani. Irak, Suriah, Palestina, Mesir dan lainnya mendeklarasikan konsensus kebangsaan sehingga merdeka, saat itu sentimen kebangsaan sangat kental dengan lahirnya Pan Turkisme dan Pan Arabisme, masing-masing menuntut kemerdekaan dan hak menentukan nasib sendiri atas nama bangsanya, bukan atas nama umat islam.

2.    Runtuhnya Khilafah Osmaniyah
a.    Runtuhnya Khilafah Islamiyah
Sejak tahun 1920,[19] Mustafa Kemal Pasha menjadikan Kota Ankara sebagai pusat aktivitas politiknya, atas dukungan Inggris yang telah menguasai Istambul dan membuat kevakuman politik dengan menawan pejabat negara dan menutup kantor-kantor dengan paksa sehingga bantuan kholifah dan pemerintahannya mandeg, instabilitas terjadi di dalam negeri, sementara opini umum menyudutkan kholifah dan memihak kaum  nasionalis. Situasi ini dimanfaatkan Mustafa Kemal Pasha untuk membentuk Dewan Perwakilan Nasional dan ia menobatkan diri sebagai ketuanya, sehingga ada dua pemerintahan yaitu Pemerintahan Khilafah di Istambul dan pemerintahan Dewan Perwakilan Nasional di Ankara. Walaupun kedududkannya tambah kuat  Mustafa Kemal  Pasha tetap tidak berani membubarkan khilafah, dia hanya mengusulkan konsep yang memisahkan khilafah dengan pemerintahan. Namun setelah perdebatan yang panjang di Dewan Perwakilan Nasional, konsep ini ditolak, pengusulnyapun membubarkan Dewan Perwakilan Nasional dengan melibatkan dalam berbagai kasus pertumpahan darah. Setelah memuncaknya krisis Dewan Perwakilan Nasional ini diusulkan agar mengangkat Mustafa Kemal Pasha sebagai ketua parlemen, yang diharap bisa menyelesaikan krisis.
Setelah resmi menjadi ketua parlemen Pasha mengumumkan kebijakannya yaitu mengubah sistem khilafah menjadi republik yang dipimpin seorang presiden yang dipilih lewat pemilu. Tanggal 29 November 1923, dia oleh parlemen dipilih menjadi presiden pertama Turki. Namun ambisinya untuk membubarkan khilafah yang telah terkorupsi mendapat rintangan, ia dianggap murtad, dan rakyat mendukung Sultan Abdul Majid II, serta berusaha mengembalikan kekuasaannya, ancaman ini tidak menyurutkan langkah Mustafa Kemal Pasha, bahkan ia menyerang balik dengan taktik politik dan pemikirannya yang menyebut bahwa penentang sistem republik ialah penghianat bangsa dan ia melakukan teror untuk mempertahankan sistem pemerintahannya, kholifah digambarkan sebagai sekutu asing yang harus dienyahkan.
Setelah kondisi negara kondusif, Mustafa Kemal Pasha mengadakan sidang Dewan Perwakilan Nasional pada tanggal 3 Maret 1924 ia memecat kholifah, membubarkan sistem khilafah dan menghapuskan sistem islam dari negara, hal ini sebagai taktik Klimaks revolusi Mustafa Kemal Pasha.

Faktor-faktor Penyebab  Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah[20] adalah:
1)    Puncak kejelekannya adalah sistem kekuasaan mutlak, dengan meletakkan nasib kekaisaran yang luas hanya di tangan satu Orang yaitu Sultan.
2)    Krisis Ekonomi dan Sosial, seperti suap memenuhi hampir semua tempat, kebebasan telah hilang, perampasan wilayah mengancam setiap penguasa, mata-mata tersebar di setiap tempat, para penguasa tidak lagi mementingkan rakyat, mereka hanya disibukkan memenuhi ambisi hawa nafsu dan syahwatnya, serta bermalas-malasan.
3)    Para sultan menyimpang, pemerintah menyerahkan khilafah ke tangan para Thoghut, maka pada abad 13H/ 19 M. Khilafah dipimpin oleh para sultan yang sewenang-wenang dan bengis, di mulai dari Mustafa IV, Mahmud II, Abdul Majid I, Abdul Aziz Murad V, dan Abdul Hamid II.
4)    Melemahkan bangsa Arab, mereka takut pada kehancuran bangsa Arab dengan mengasingkannya dari posisi-posisi penting, dan mengabaikannya, sehingga bangsa Arab menjadi Bodoh, sakit, terbelakang dan miskin.
5)    Mengabaikan bahasa Arab yang merupakan bahasa al-Quran dan al-Hadits yang mulia, dimana keduanya merupakan sumber asasi bagi syariat (UU) islam.
6)    Dilupakannya kesadaran islam dan pemahamannya, sehingga kebanyakan mereka mengenal islam hanya sebatas ibadah ritual dan menyimpang dari manhaj Alloh SWT, serta tidak komitmen dalam pengkajian-pengkajian islam.
7)    Gampang mengganti pejabat wilayah, sehingga para pejabat awam terhadap wilayahnya sehingga mereka mengabaikannya.
8)    Membunuh saudaranya sendiri karena takut tersaingi.
9)    Menikahi kaum nasrani karena kecantikannya, dan wanita mata-mata penentang kaum muslim.
10) Khilafah dijadikan warisan seperti zaman Umayah dan Abasiyah.
11) Memberikan hak yang berlebihan kepada militer, sehingga mereka otoriter, dan melakukan intervensi dalam urusan kekuasaan, pada akhirnya merusak dan melampaui batas.
12) Meninggalkan pembinaan kepada masyarakatnya dalam akidah, bahasa, dan adat istiadat mereka, seperti jihad menyebarkan islam, mengabaikan kemaslahatan  dan pemenuhan kebutuhan  rakyat.
13) Menguasakan kepada orang lain dalam mengendalikan krisis ekonomi dan sosial, sehingga memberi peluang orang-orang bentukan Eropa memasuki wilayah khilafah.
14) Kemerosotan pasukan berkuda dan jeleknya administrasi pemerintahan.
15) Adanya gerakan-gerakan Kaum Salib Eropa, adanya gerakan revolusi, berdirnya lembaga-lembaga rahasia dan organisasi-organisasi faham kedaerahan dan nasionalisme.
16) Tidak adanya upaya menjaga kemajuan dan perkembangan ilmu, yang berakibat kepada keterbelakangan dan kemunduran.

b.    Respon atas Runtuhnya Turki Osmaniyah Di Hindia Belanda (Indonesia). [21]
Sebagai respon terhadap keruntuhannya khilafah sebuah komite didirikan di Surabaya pada tanggal 4 Oktober 1924 diketuai oleh Wondo soedirdjo (Wodoamiseno) dari sarikat Islam dan Wakil ketua KH A. Wahab Hasbullah, yang bertujuan membahas undangan kongres khilafah di kairo, dan dilanjutkan dengan kongres al-islam Hindia III di Surabaya pada tanggal 24-27 Desember 1924 yang diikuti 68 organisasi islam yang mewakili pimpinan pusat (hoofdbestuur) maupun cabang (afdeling), serta mendapat dukungan tertulis dari 10 cabang organisasi lainnya. Kongres ini banyak dihadiri  oleh Ulama dari seluruh Hindia Belanda, keputusan penting kongres ini adalah melibatkan diri dalam pergerakan khilafah dan mengirimkan utusan sebagai wakil umat islam Indonesia ke konggres dunia islam, yang menghasilkan untuk mengirim delegasi ke Kairo yang terdiri dari  Soryopranoto (SI), Haji Fakhrudin (Muhamadiyah) dan KH A. Wahab dari kalangan tradisi.
Karena terdapat perbedaan pendapat dengan Muhamadiyah, KH A. Wahab dan 3 pendukungnya mengadakan rapat dengan kalangan ulama senior di Surabaya, Semarang, Pasuruan, Lasem dan Pati dan membuat Komite Merembuk Hijaz dengan dua tujuan yaitu mengimbangi Komite Khilafah yang berangsur-angsur jatuh ke kalangan pembaharu dan kedua menyerukan kepada Ibnu Sa’ud penguasa Arab Saudi agar meneruskan kebiasaan agama yang benar. Komite ini yang berubah menjadi Nahdatul Ulama pada rapat di Surabaya tanggal 31 Januari 1926, rapat ini tetap menempatkan masalah Hijaz sebagai persoalan utama.
Pada tahun yang sama diselenggarakan Muktamar Alam Islamy Far’ul Hindias Syarqiyah (MAIFHS) yaitu Konferensi Dunia Islam Cabang Hindia Timur di Bogor, sebagai respon atas undangan Kongres Islam Sedunia yang diselenggarakan Ibnu Sa’ud dari Arab Saudi , dan pada tanggal 13-19 Mei 1926 diadakan Kongres Dunia Islam di Kairo, dari Hindia Belanda hadir H. Abdullah Ahmad dan H. Rasul. Pada bulan berikutnya tanggal 1 Juni 1926 diselenggarakan kongres khilafah di Makkah saat itu Indonesia mengutus Tjokroaminoto (Central Serikat Islam) dan KH Mas Mansur (Muhamadiyah), penunjukkan tersebut dihasilkan dari kongres ke IV di Yogyakarta tanggal 21-27 Agustus 1925 dan kongres ke V di Bandung tanggal 6 Februari 1926 mereka berangkat dari Tanjung Perak Surabaya dengan kapal Rondo dan dielu-elukan masyarakat, sesampainya ke tanjung priok banyak para ulama yang menyambutnya.
Pada tahun 1927 berlangsung Kongres Khilafah ke II di Makkah, dari Hindia Belanda diwakili oleh H. Agus Salim (SI), hasilnya Raja Abdul Aziz bin Sa’ud dalam sambutannya tidak menginginkan dibicarakannya masalah khilafah sehingga kongres tersebut gagal.

c.    Peristiwa-peristiwa Penting pada Masa Kemunduran[22]
1)    976H/ 1568 M: Perjanjian damai dengan Austria
2)    978H/ 1570 M: Penaklukan kepulauan Siprus
3)    984 H/ 1576 M: Pembaruan pencapaian negara-negara asing
4)    985-991 H/ 1577-1583 M: penaklukkan Syarwan, Karj, dan Dagestan, serta timbulnya revolusi di Anatolia dan Istanbul.
5)    1021H/ 1612 M: kekalahan Utsmaniyah oleh Syafawiyah dan terlepasnya sebagian kerajaannya.
6)    1030 H/ 1620 M: tersebarnya kekacauan dan ketidakstabilan.
7)    1044H/ 1634 M: penghentian revolusi Fakhrudin al-Ma’ni yang telah menguasai Lebanon, sebagian besar Palestina, dan Suriah.
8)    1048 H/ 1638 M: Perang dengan Syafawiyah, masuknya orang-orang Utsmaniyah ke Bagdhad.
9)    1055 H/ 1645 M: Penaklukan Karyat
10) 1074 H/ 1663 M: Pasukan Utsmaniyah memasuki Morovia, dan Silizia Bologna. Majrob terbagi menjadi dua wilayah satu untuk Utsmaniyah dan untuk Austria.
11) 1083 H/ 1673 M: Ikutnya wilayah Kozaq di Ukraina kepada orang-orang Utsmaniyah.
12) 1094 H/ 1682 M: Pengepungan Utsmaniyah terhadap Austria.
13) 1100 H/ 1688 M: Kekalahan di hadapan Austria
14) 1110 H/ 1698 M: Perjanjian Karluftisy, sehingga khilafah kehilangan Ukraina, Bodulia, Azuf, Hungaria, serta Transylvania dan sebagainya.
15) 1130 H/ 1717 M: Perjanjian Bisarovetis, khilafah harus melepas Serbia, Boegrod, Dan sebagian Valenchie.
16) 1182-1187 H/ 1768-1772 M: Terjadi revolusi Ali Bek al-Kabir, pemimpin Mesir yang menuntut pemisahan diri, serta mengambil wilayah Syam dan Hijaz, namun pemerintah dapat mengalahkan mereka.
17) 1187 H/ 1773 M: Perjanjian Qoinarajah, isinya bebasnya wilayah Krym, Bisarobia (Rumania), dan Koban (Kafkas)
18) 1189 H/ 1775 M: Pemerintah berhasil menghentikan revolusi Zhahir Umar, yang telah menguasai sebagian besar Palestina
19) 1206 H/ 1791 M: Rusia menyerahkan sebagian besar wilayah al-Kurm.
20) 1213-1216 H/ 1798-1801 M: Penyerbuan Napolion Bonaparte (Prancis) ke Mesir dan menaklukkan Mamluk. Kemudian memasuki Syam, namun gagal lalu menarik kembali pasukannya ke Perancis.
21) 1220 H/ 1805 M: Muhammad Ali (Perwira Albania) menguasai Mesir, dan mengalahkan Mamluk dalam peristiwa Qol’ah pada tahun 1226 H.
22) 1226-1233 H/ 1811-1817 M: Utsmaniyah memerangi Saudi, mereka menugaskan Muhammad Ali, penguasa Mesir untuk mengalahkan Saudi yang masih berumur muda, dan dakwah Wahhabi Salafiyah, pada saat itu saudi sedang mencapai puncak perluasan wilayahnya, Thusun bin Muhammad Ali mendatanginya dan berhasil merebut Hijaz dan sebagian Najed, kemudian saudaranya Ibrohim berhasil menguasai ibu kota ad-Diriah dan mengalahkan Saudi.
23) 1242 H/ 1826 M: Penghapusan sistem Kaveleri yang rusak, dan mulai membentuk sistem militer modern.
24) 1243 H/ 1827 M: terjadi revolusi di Yunani yang didukung Eropa, yang menuntut kemerdekaan Yunani.
25) 1245 H/ 1829 M: Utsmaniyah kalah dari Rusia, Serbia merdeka penuh. Dan perancis menjajah Aljazair.
26) 1247 H/ 1831 M: Muhammad Ali menguasai Syam.
27) 1257 H/ 1841 M: Perang kelompok di Lebanon, dan dikuasainya Lebanon oleh Utsmaniyah.
28) 1275 H/ 1858 M: Rumania memerdekakan diri.
29) 1277 H/ 1860 M: Khilafah berhasil memadamkan fitnah kelompok di Syam.
30) 1285 H/ 1868 M: Pembukaan terusan Suez.
31) 1295 H/ 1878 M: dimulainya Nasionalisme dan Sekularisme, seperti Lembaga Pemuda Turki.
32) 1295 H/ 1878 M: Utsmaniyah kalah dari Rusia dan hampir memasuki Istanbul, dan menandatangani perjanjian Stefanus yang berisi pelepasan Serbia, Jabal Aswad, Bulgaria, dan Rumania.
33) 1295 H/ 1878 M: Perjanjian Berlin berisi kemerdekaan penuh Bulgaria, penyerahan Austria atas Bosnia Herzegovina, dan penguasaan Inggris terhadap kepulauan Siprus.
34) 1299 H/ 1881 M: Perancis menjajah Tuniasia.
35) 1300 H/ 1882 M: Inggris menjajah Mesir dan Sudan.
36) 1313 H/ 1897 M: Italia menjajah Eritria, dan sebagian Somalia.
37) 1315 H/ 1897 M: Diselenggarakan Muktamar Zionisme di Swiss dipimpin oleh Hertzel, yang menyepakati pendirian negara nasionalis bagi Yahudi di Palestina, dan Hertzel membujuk Sultan Hamid II untuk melepaskan Palestina, namun Sultan menolak, maka Yahudi berusaha menjatuhkan Sultan.
38) 1316 H/ 1898 M: Muncul lembaga Persatuan dan Pembangunan yang menyerukan kepada nasionalisme Turki (Thuroniyah) dan penghapusan Khilafah Utsmaniyah yang didukung Yahudi Dumamah.
39) 1328 H/ 1910 M: Sultan Abdul Hamid II dicopot dari jabatannya sebagai kholifah dan Partai Persatuan dan Pembangunan menguasai keadaan.
40) 1332 H/ 1913 M: Italia menjajah Libya.
41) 1333-1337 H/ 1814-1918 M: Khilafah menggabungkan diri dengan Jerman dan terjadi perang Dunia I tanpa kesepakatan, Jerman kalah sehingga Khilapah juga menderita kekalahan dan menyerah. Negara-negara Eropa lalu membagi-bagi wilayah kekuasaan pemerintahan itu dan menguasainya.
42) 1342 H/ 1923 M: diumumkannya negara Turki dan menempatkan khilafah hanya mengurusi masalah keagamaan saja, seorang Yahudi sekuler Mustafa Kemal menjadi presiden Republik Turki pertama, dia pemimpin Partai Persatuan dan Pembangunan.
43) 1343 H/ 1924 M: penghapusan khilafah untuk terakhir kalinya, dan pengusiran rumah para Sultan dari Turki, maka ditutuplah lembaran terakhir Khilafah Islamiyah ini.

d.    Warisan Keagungan Khilafah
Memasuki Istambul adalah memasuki kota tua, karena kota ini berdiri sebelum  Kaisar Konstaninum memindahkan pusat Romawi Byzantium ke sana awal abad 4 M dan menamainya Konstatinopel. Istambul relatif tidak mengalami kerusakan yang berarti saat perang dunia, infrastruktur Istambul jauh lebih rapi dari kota-kota lain yang kita kenal sebagai kota muslim. Limbah air kotor mengalir dalam saluran tertutup di bawah jalan-jalan kota menuju pusat penjernihan, maka mata air di selat Bosporus yang memisahkan Asia dan Eropa sangat jernih, karena Istambul adalah satu-satunya kota yang ada di dua benua. Tak salah bila Byzantinum dan khilafah Osmaniyah menjadikan Istambul sebagai pusat kekuasaannya.
Bekas-bekas keagungan khilafah Osmaniyah di Istambul dapat terlihat beberapa bentuk, di antaranya: [23]
1)    Bangunan fisik kota yang tetap bisa dipakai meski sudah ratusan tahun, seperti sistem pembuangan limbah, jalan-jalan, masjid, mata air, taman, pasar hingga universitas.  Yang paling menarik tentu saja masjid-masjid yang sangat indah, seperti ikon Istambul yaitu masjid Sultan Ahmed yang berhadapan dengan Aya Sofia dan dikelilingi oleh taman-taman yang indah, masjid ini dibangun abad 16 dan satu-satunya masjid yang memiliki 6 Minaret, kubahnya menggunakan ornamen bercat kebiru-biruan, sehingga disebut juga masjid biru (blue mosque), ketahanan bangunan ini atas gempa telah teruji, Turki adalah pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu Eropa, Asia dan Afrika-Mediteran, sehingga daerah ini sangat sering diguncang gempa, sampai data disana harus selalu di update karena titik-titiknya akan selalu bergeser oleh dinamika bumi, namun masjid-masjid di Turki yang dibangun berabad-abad yang lalu terbukti bertahan hingga kini.
Yang lainnya adalah bangunan Universitas seperti Universitas Istambul yang klasik dan berdekatan dengan dua masjid yang megah, yaitu masjid Sultan Sulaiman dan Masjid Sultan Beyazid pada saat dibangun masih sangat jarang universitas di Dunia ini.
Pada Sultan Sulaiman memperindah kota dengan bangunan masjid, sekolah, rumah sakit, istana, musolium, jembatan, terowongan, jalur kereta api, dan pemandian umum, bangunan tersebut dibuat oleh arsitek ternama seperti Sinan, jumlahnya mencapai dua ratus tiga puluh lima.[24]
2)    Relik Informasi original yang disimpan dimusium atau pusat-pusat arsip. Museum penyimpanan benda-benda original yang memberikan informasi masa lampau seperti Museum Aya Sofia dan Istana Topkapi, keduanya berada di Istanbul dan Pusat Arsip Pertanahan di Ankara.
Aya Sofia sampai tahun 1453 M masih gereja kathedral (Basilika) Byzantium, ketika Konstantinopel dibuka oleh Sultan Muhammad II (al-Fatih) pada hari selasa, maka hari jumatnya langsung dirubah menjadi masjid untuk sholat jumat, karena saking banyaknya warga yang ingin masuk islam dan ingin perubahan, selama 500 tahun menjadi masjid, dan akhirnya  Pada tahun 1937 Mustafa Kemal Attaturk mengubah status Aya Sofia menjadi Museum, maka mulailah proyek Uncovering Aya Sofia.  Bagian atap dinding sebagian dikerok dan dicat kaligrafi, sehingga ditemukan kembali lukisan-lukisan sakral kristen.
Di Aya Sofia juga dipamerkan surat-surat kholifah(Ustman Fermans) yang menunjukkan kehebatan kholifah Ustmaniyah dalam memberikan jaminan, perlindungan, dan kemakmuran kepada warganya maupun orang asing yang mencari suaka tanpa memandang agama mereka. Yang tertua adalah surat Sertifikat tanah yang diberikan tahun 925 H/ 1519 M. Kepada para pengungsi Yahudi yang lari dari kekejaman Inquisisi Spanyol pasca jatuhnya pemerintahan islam di Andalusia.
Kemudian surat ucapan terima kasih dari Pemerintah Amerika Serikat atas bantuan pangan yang dikirim Kholifah ke Amerika Serikat yang sedang dilanda kelaparan pasca perang dengan Inggris abad 18.
Selain itu tersimpan rapi surat jaminan perlindungan kepada Raja Swedia yang diusir tentara Rusia dan mencari eksil ke Kholifah pada tanggal 30 Jumadil Awal 1121H atau 7 Agustus 1709.
Surat pemberian ijin dan ongkos kepada 30 keluarga dari Yunani yang telah bermigrasi ke Rusia namun ingin kembali ke wilayah kholifah karena di Rusia mereka tidak sejahtera yang terjadi pada tanggal 13 Rabiul Akhir 1282 H/ 5 September 1865.
Yang paling mutakhir adalah peraturan yang bebas cukai barang bawaan orang-orang Rusia yang mencari eksil ke wilayah Osmaniyah pasca revolusi Bolschewik pada tanggal 25 Desenber 1920.
Di Aya Sofia dipamerkan sekitar 100 sampel surat-surat yang menakjubkan, baik yang ditujukan kepada kholifah maupun yang dikeluarkan oleh kholifah, sayangnya yang ditonjolkan adalah semua itu seakan-akan merupakan kehebatan bangsa Turki di masa lalu, bukan terpancar dari akidah islam, syariat islam dan sistem Daulah Khilafah.
3)    Istana Topkapi (Gerbang Meriam), adalah istana kholifah yang dipakai dari abad 15 sampai pertengahan abad 19 di area yang sangat luas tersimpan benda-benda pusaka kekhilafahan Osmaniyah, seperti kendaraan, alat dapur, pakaian, perhiasan, alat-alat sains, senjata, juga benda-benda sakral, seperti baju bertuliskan al-Quran 30 juz, pedang para kholifah, pedang Rasululloh, bahkan tongkat Nabi Musa dan Sorban Nabi Yusuf.
4)    Pusat Arsip Pertanahan, berada di Ankara yang merupakan ibu kota Turki, sekitar 500km dari Istambul yang merupakan pusat kota bisnis dan budaya, yang berpenduduk 12 juta sekitar 3 kali Ankara. Pada tahun 1416 Sultan Muhammad I kakek al-Fatih, menyatakan bahwa tanah-tanah yang didapatkan melalui jihad adalah milik umum dan dikelola negara sedang hak gunanya pada pemilik sebelumnya, maka beliau melakukan land sensus registrasi ini berjalan bagus hingga abad 17. Jumlah dokumen dipusat arsip sekitar 1500 ton, meliputi wilayah Afganistan sampai Maroko, dari Semenanjung Krim Rusia sampai Sudan.

e.    Sumber Kekuatan Turki
Tidak diragukan lagi bahwa sumber kekuatan Turki pada masa kejayaannya adalah memakai sistem daulah Islam. Turki merupakan Aglomerasi dari berbagai ras dan etnis, Asia Tengah, Timur Tengah, dan Eropa. Bahasa usmani yang kaya dengan bahasa-Arab membuktikan bahwa kehebatan kholifah bukan karena kehebatan bangsa Turki tetapi kehebatan sistem daulah islam yang mempersaudarakan bangsa-bangsa dengan aqidah islam, juga karena melakukan syariat islam, yaitu syariat yang membawa mereka mendapatkan berbagai inspirasi untuk menjadi rahmatal lilalamina, memimpin dunia memerangi kekufuran dan kedhaliman, dan untuk itu mereka menyiapkan segala upaya untuk mengemban misi tersebut, mereka menyiapkan Ekonomi, menggembleng generasi muda, mengembangkan sains, dan teknologi, ini dibuktikan dengan benda-benda peninggalan yang bisa kita saksikan hingga kini.[25]
Pada Puncak kekuatan mereka, Usmaniyah bersikap toleran terhadap minoritas keagamaan dan etnik yang ada di dalam kekaisaran mereka, seperti kaum Yahudi berbondong-bondong datang kepada khilafah untuk berlindung dari kejaran Kaum Kristen Eropa. Selain kebaikan di atas ada beberapa “Kebaikan-kebaikan Khilafah Ustmaniyah” di antaranya: [26]
1)    Perluasan wilayah negeri-negeri  islam dengan memakai sistem islami
2)    Mendatangi Eropa Timur untuk meringankan tekanan kaum Nasrani terhadap Andalusia, dan mengusir keberadaan Portugis di negara-negara muslim, menghadapi Spanyol yang hendak menguasai Maroko, membela kaum muslim menghadapi Rusia di Asia Tengah dan Wilayah laut Hitam.
3)    Menghadapi Zionisme, yang menginginkan mendirikan negara di Palestina dan Wilayah Sinai Mesir, (Pada masa Sultan Abdul Hamid II).
4)    Memerangi Syiah Rafidhoh yang menampilkan diri dalam bentuk Pemerintahan Safawid, orang-orang di negeri Teluk dan Irak telah merasakan penderitaan atas pemerintahan Rafidhah.
5)    Menyebarkan islam sampai Eropa dan Afrika.
6)    Melindungi negara islam dari penjajahan.
7)     Menguasai dan menyatukan negara islam hingga 20 juta km²
8)    Eropa memerangi Utsmaniyah karena islamnya bukan karena Turkinya, dan mereka membenci karena perang salib, mereka menganggap Khilafah telah membangkitkan semangat jihad islam yang baru.
9)    Pemerintahan Utsmaniyah mencerminkan kesatuan umat muslim, karena pusat khilafah, maka menjadi simbol bagi umat islam yang dipandang oleh orang-orang di luar mereka dengan penuh penghargaan, pemuliaan dan penghormatan.

f.     Sejarah Pengumpulan Relikui Rosululloh SAW [27]
Jejak-jejak Nabi Muhammad SAW dalam bentuk reliku yaitu peninggalan barang atau benda suci tidak hanya dapat dijumpai di Makkah atau Madinah dan Arab Saudi kita dapat juga menjumpai di Turki tepatnya diistana Topkapi, yang merupakan istana 24 Raja Dinasti Ottoman Turki yang sangat terkenal, istana tersebut berfungsi sekitar 400 tahun sejak mulai dibangun tahun 1453 atau pada masa pemerintahan Mehmet II.
Istana tersebut luasnya 700 meter persegi dikelilingi tembok sepanjang 5 km yang berada di titik pertemuan selat Boshporus, Tanjung Tanduk Emas (Golden Horn) dan Laut  Marmara.
Ada banyak sekali relikui yang tersimpan disana diantaranya relikui Rosululloh dan 4 Shahabatnya, benda-benda itu ditempatkan diruangan yang terpisah dengan bangunan utama istana Topkapi dan berada di ruang yang disebut.
Masih banyak lagi relikui yang belum disebutkan satu-persatu, lebih menarik lagi pada Paviliun Relikui Suci, kita bisa mendengar alunan bacaan al-Quran oleh 24 orang hafidz quran secara bergantian selama 24 jam nonstop, dan bayangkan lantunan ayat suci itu sudah berlangsung tanpa jeda sejak tahun 1517.
Sejarah pengumpulan relikui tersebut dimulai sejak Sultan Selim I (1512-1520) taj al-Tawarikh (Catatan Kejadian Para Raja) yang ditulis Sadeddin Effendi menyebutkan ketika itu Sultan Selim I hampir tiap malam tidak dapat tidur, dalam kondisi seperti itu dia selalu ditemani Hasan Can (Ayah Sadeddin Effendi) mereka selalu diskusi dengan serius. Ketika itu Hasan Can mengantuk dan tertidur memimpikan melihat sekelompok orang Arab dengan wajah berkilauan sedang berdiri di dekat pintu orang-orang itu bersenjata dan memegang bendera dan salah satu yang memegang bendera mengetuk pintu, dan Hasan Aga Penjaga pintu Kholifah membuka pintu untuk orang tersebut, dan mereka berkata kami adalah pendamping Rosululloh, Beliau mengirimkan salam dan katakanlah kepada rajamu, bangkit dan berdirilah dan ini Abu Bakar al-Siddiq, ini Umar al-Faruq, Ini Ustman Zinnurain, saya Ali bin Abi Tholib, sampaikan slamku untuk Selim Khan, ternyata mimpi Hasan Can sama dengan mimpi penjaga pintu raja Hasan Aga. Ketika Sultan Selim mendengar hal itu wajahnya memerah dan menangis, setelah mimpi spiritual tersebut sultan mulai melakukan invasi ke keSultanan Mamluk yang berpusat di Mesir dan Hijaz (Arab Saudi sekarang) menjadi bagian dari Turki pada 20 februari 1517.[28]
Penaklukan itulah awal keberadaan Relikui di Istana Kopkapi, seperti mantel, tongkat, gigi (yang tanggal pada perang Uhud), segenggam janggut, bendera, pena, sajadah, tasbih kayu, bakiak, pedang hitam (pedang Nabawi), busur panah, sorban dan sabuk, pedang empat Shahabat.

g.      Daftar dan Foto Sultan-sultan Turki serta Bukti Benda Bersejarah [29]

C.    Kesimpulan
Penulisah Sejarah Khilafah Osmaniyah atau Kekaisaran Turki Ottoman yang dimulai dari akhir abad ke-12 sampai abad ke-19 mewariskan berbagai cerita mulai dari timbulnya khilafah Osmaniyah, perkembangannya, sebab runtuhnya, peristiwa penting, warisan keagungan khilafah, sumber kekuatan Khilafah, Sejarah pengumpulan relikui, dan bukti fisik benda sejara, kita dapat mengambil hikmah diantaranya untuk mencapai sesuatu itu memerlukan perjuangan yang panjang dan sikap yang istiqomah, didukung dengan ilmu yang memadai.
Disamping itu islam akan kokoh karena adanya persatuan di bawah satu pemimpin yang adil dan bijaksana serta kaffah yang memakai syariat islam dan sistem pemerintahan yang islami.
Dengan penulisan di atas kita dapat mempelajari dari khilafah Osmaniyah yaitu bagaimana kita akan memulai suatu kegiatan yang besar dengan mengambil cermin dari asal mula berdirinya Khilafah Osmaniyah dengan sistem pemerintahan yang islaminya begitu pula bagaimana cara mengembangkannya, dengan memanfaatkan berbagai kekuatan dan kelebihan yang dimiliki.
Disamping kita dapat mempelajari begaimana perkembangan khilafah Osmaniyah juga kita dapat mempelajari sebab-sebab runtuhnya suatu pemerintahan atau suatu pekerjaan.
Melihat warisan keagungan Khilafah kita dapat mengambil hikmah bahwa sesuatu yang baik akan dikenang dan diagungkan tanpa batas waktu, begitu pula apabila mengerjakan kejelekan akan dilaknat oleh semua pihak sampai kapan pun.
Akhirnya semoga Alloh SWT memberi inayah untuk kebangkitan khilafah islamiah dengan sistem pemerintahan yang islami dan dibawah satu pemimpin yang adil, bijaksana dan kaffah, amin.



[1] Abidirohman. (2009).hal. 16-18. Sebilah Pedang Bukti Sejarah Kejayaan Islam Dimasa Silam. Jakarta: Piramid
[2] Nasir, S.M.,(1994: 553-554) . ICH. Islam Its Cocepts dan History, The Ottoman Turks. New Delhi: Kitab Bhavan

[3] Nasir, S.M., 1994: 553-554 . ICH. Islam Its Cocepts dan History, The Ottoman Turks. New Delhi: Kitab Bhavan
[4] Nasir, S.M., (1994: 554). Islam Its Cocepts dan History, The Ottoman Turks. New Delhi: Kitab Bhavan
[5] Nasir, S.M., (1994: 555). Islam Its Cocepts dan History, The Ottoman Turks. New Delhi: Kitab Bhavan
[6] Abidurrohman, (2009: 3). Sebilah Pedang Bukti Sejarah Kejayaan Islam Dimasa Silam. Jakarta: Piramid

[7] Nasir, S.M., (1994: 556). Islam Its Cocepts dan History, The Ottoman Turks. New Delhi: Kitab Bhavan
[8] Abidurrohman, (2009: 4). Sebilah Pedang Bukti Sejarah Kejayaan Islam Dimasa Silam. Jakarta: Piramid
[9] Abidurrohman, (2009: 4). Sebilah Pedang Bukti Sejarah Kejayaan Islam Dimasa Silam. Jakarta: Piramid

[10] Abidurrohman, (2009: 5). . Sebilah Pedang Bukti Sejarah Kejayaan Islam Dimasa Silam. Jakarta: Piramid

[11] Hitti, P.K.,( 2010: 910). History of The Arabs. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta
[12] Abidurrohman, (2009: 6) . Sebilah Pedang Bukti Sejarah Kejayaan Islam Dimasa Silam. Jakarta: Piramid

[13] Abidurrohman, (2009: 6). . Sebilah Pedang Bukti Sejarah Kejayaan Islam Dimasa Silam. Jakarta: Piramid

[14] Hitti, P.K. (2010: 914-915). History of The Arabs. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta
[15] Abidurrohman, (2009: 8). . Sebilah Pedang Bukti Sejarah Kejayaan Islam Dimasa Silam. Jakarta: Piramid

[16] Abidurrohman,( 2009: 8-9). . Sebilah Pedang Bukti Sejarah Kejayaan Islam Dimasa Silam. Jakarta: Piramid

[17] Abidurrohman, (2009: 8-9). . Sebilah Pedang Bukti Sejarah Kejayaan Islam Dimasa Silam. Jakarta: Piramid
[18] Abidurrohman, (2009 : 10). . Sebilah Pedang Bukti Sejarah Kejayaan Islam Dimasa Silam. Jakarta: Piramid

[19] Abidurrohman, (2009: 13). . Sebilah Pedang Bukti Sejarah Kejayaan Islam Dimasa Silam. Jakarta: Piramid

[20] Al-Usairy, A., (2009: 354). Sejarah Islam. Akbar Media
[21] Abidurrohman, (2009: 14). . Sebilah Pedang Bukti Sejarah Kejayaan Islam Dimasa Silam. Jakarta: Piramid

[22] Al-Usairy, A., (2009: 366). Sejarah Islam. Akbar Media
[23] Abidurrohman, (2009: 36). . Sebilah Pedang Bukti Sejarah Kejayaan Islam Dimasa Silam. Jakarta: Piramid
[24] Hitti, P.K., (2010: 912) . History of The Arabs. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta
[25] Abidurrohman, (2009: 39). . Sebilah Pedang Bukti Sejarah Kejayaan Islam Dimasa Silam. Jakarta: Piramid
[26] Al-Usairy, A., (2009: 352). Sejarah Islam. Akbar Media
[27] Abidurrohman, (2009: 39). . Sebilah Pedang Bukti Sejarah Kejayaan Islam Dimasa Silam. Jakarta: Piramid

[28] Abidurahman, (2009: 41). . Sebilah Pedang Bukti Sejarah Kejayaan Islam Dimasa Silam. Jakarta: Piramid

[29] Abidurahman, (2009: 15). . Sebilah Pedang Bukti Sejarah Kejayaan Islam Dimasa Silam. Jakarta: Piramid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Virus Corona: Penyebab, Cara Pencegahan dan Dampaknya Pada Ekonomi Global

 – Pada akhir tahun 2019 kemarin, dunia telah dihebohkan oleh COVID-19 atau yang dikenal sebagai wabah virus corona. Virus ini pertama k...