A. Biografi Abu Bakar
Ashiddiq
Abu Bakar putra
dari pasangan Abu Quhafah (Usman bin Amir) dan Umur Khair Salamah (Salma bint
Sakhr bin Amir), dia dilahirkan tahun 573 M. Nama aslinya adalah Abdul Ka’bah
julukannya atiq diganti oleh Rasulullah s.a.w. dengan Abdullah. Adapun
nama Abu Bakar diberikan setelah ia masuk agama Islam, Abu artinya bapak dan
Bakar artinya segera. Sedangkan gelar As Shiddiq karena dia adalah orang
pertama membenarkan Rasulullah s.a.w. ketika Isra Mi”raj.
Abu Bakar dari
kabilah Taim bin Murrah bin Ka'ab. Nasabnya bertemu dengan Nabi pada Adnan.
Setiap kabilah yang tinggal di Mekah punya keistimewaan tersendiri, yakni ada
tidaknya hubungannya dengan sesuatu jabatan di Ka'bah. Untuk Banu Abd Manaf
tugasnya siqayah dan rifadah, untuk Banu Abdid-Dar, liwa',
hijabah dan nadwah, yang sudah berjalan sejak sebelum Hasyim kakek
Nabi lahir. Sedang pimpinan tentara di pegang oleh Banu Makhzum, nenek moyang
Khalid bin Walid, dan Bani Taim bin Murrah menyusun masalah diat (tebusan
darah) dan segala macam ganti rugi. Pada zaman jahiliah masalah penebusan darah
ini di tangan Abu Bakar tatkala posisinya cukup kuat, dan dia juga yang
memegang pimpinan kabilahnya. Oleh karena itu bila ia harus menanggung sesuatu
tebusan dan ia meminta bantuan quraisy, mereka pun percaya dan mau memberikan
tebusan itu, yang tak akan dipenuhi sekiranya orang lain yang memintanya.
|
Semasa kecil Abu
Bakar hidup seperti umumnya anak-anak di Mekah. Lepas masa anak-anak ke masa
usia remaja ia bekerja sebagai pedagang pakaian. Usahanya ini mendapat sukses.
Dalam usia muda itu ia kawin dengan Qutailah bint Abdul Uzza. Dari perkawinan
ini lahir Abdullah dan Asma'. Asma' inilah yang kemudian dijuluki Zatun-Nitaqain.
Sesudah dengan Qutailah ia kawin lagi dengan Umm Rauman bint Amir bin Uwaimir.
Dari perkawinan ini lahir pula Abdur-Rahman dan Aisyah. Kemudian di Medinah ia
kawin dengan Habibah bint Kharijah, setelah itu dengan Asma' bint Umais yang
melahirkan Muhammad. Sementara itu usaha dagangnya berkembang pesat dan dengan
sendirinya ia memperoleh laba yang cukup besar1.
B. Kepribadian Abu
Bakar Ashiddiq pada Masa Nabi Muhammad s.a.w.
Abu Bakar
perawakannya kurus, putih, dengan sepasang bahu yang kecil dan muka lancip
dengan mata yang cekung disertai dahi yang agak menonjol dan urat-urat tangan
yang tampak jelas begitulah dilukiskan oleh putrinya, Aisyah Ummulmukminin.
Begitu damai perangainya, sangat lemah lembut dan sikapnya tenang sekali. Tak
mudah ia terdorong oleh hawa nafsu. Dibawa oleh sikapnya yang selalu tenang,
pandangannya yang jernih serta pikiran yang tajam, banyak kepercayaan dan
kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang tidak diikutinya. Aisyah menyebutkan bahwa
ia tak pernah minum minuman keras, di zaman jahiliah atau Islam, meskipun
penduduk Mekah umumnya sudah begitu hanyut ke dalam khamar dan mabuk-mabukan.
Ia seorang ahli genealogi ahli silsilah bicaranya sedap dan pandai bergaul. Seperti
dilukiskan oleh Ibn Hisyam, penulis kitab Sirah: "Abu Bakar adalah
laki-laki yang akrab di kalangan masyarakatnya, disukai karena ia serba mudah.
Ia dari keluarga quraisy yang paling dekat dan paling banyak mengetahui
seluk-beluk kabilah itu, yang baik dan yang jahat. Ia seorang pedagang dengan
perangai yang sudah cukup terkenal. Karena suatu masalah, pemuka-pemuka
masyarakatnya sering datang menemuinya, mungkin karena pengetahuannya, karena
perdagangannya atau mungkin juga karena cara bergaulnya yang enak."
Abu Bakar sebagai
Kepala Negara dari sebuah kekuasaan yang tengah berkembang dengan pesat, dan
para panglimanya berdiam pada kastel - kastel megah di lembah Mesopotamia dan begitupun para pejabat
yang lainnya, tetapi Abu Bakar
![]() |
1. Joesoef Sou’yb, “Sejara h Daulat Khulafaur Rasyidin”. (Jakarta:
Bulan Bintang, 1979), hlm. 128-130.
tetap tinggal dalam rumah biasa di Madinah, hidup sebagai
rakyat biasa, membeli kebutuhannya di pasar seperti rakyat biasa, menjabat imam
pada setiap shalat di dalam mesjid Nabawi. Selain itu Abu Bakar terpandang
sebagai saudagar kaya raya yang dermawan, dia menyumbangkan harta kekayaannya
bagi perkembangan dakwah Islam2.
Abu Bakar adalah
seorang yang pemberani , dia menyatakan Islam secara terang-terangan dihadapan
orang quraisy, dia yang menemani Rasulullah s.a.w. saw dalam peperangan, dia
juga menyelamatkan Rasulullah s.a.w. ketika Uqbah bin Muith mencoba membunuh
beliau.
Abu Bakar seorang
yang pandai, Rasulullah s.a.w. memberikan kepercayaan kepada Abu Bakar menjadi
iman shalat selain itu Rasulullah s.a.w. meminta pendapat Abu Bakar dalam
memutuskan suatu perkara.
C. Proses Pengangkatan
Abu Bakar Ashiddiq
Rasulullah s.a.w.
telah berpulang ke sisi Tuhannya pada 12 Rabiulawal tahun 11 Hijri (3 Juni 632
M.). Subuh hari itu Rasulullah s.a.w. SallAllah s.w.t.n 'alaihi wasallam merasa
sudah sembuh dari akitnya. la keluar
dari rumah Aisyah ke mesjid dan ia sempat berbicara dengan kaum Muslimin.
Dipanggilnya Usamah bin Zaid dan diperintahkannya berangkat untuk menghadapi
Rumawi. Setelah tersiar berita bahwa Rasulullah s.a.w. telah wafat tak lama
setelah duduk-duduk dan berbicara dengan mereka, mereka sangat terkejut sekali.
Umar bin hattab yang berada di tengah-tengah mereka berdiri dan berpidato,
membantah berita itu. Ia mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. tidak meninggal,
melainkan sedang pergi menghadap Tuhan seperti halnya dengan Musa bin Imran,
yang menghilang dari masyarakatnya selama empat puluh malam, kemudian kembali
lagi setelah tadinya dikatakan meninggal. Umar terus mengancam orang-orang yang
mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. telah wafat.
![]() |
2. Joesoef Sou’yb, “Sejara h Daulat Khulafaur Rasyidin”. (Jakarta:
Bulan Bintang, 1979), hlm. 133.
Abu Bakar sudah
pulang ke rumahnya di Sunh di pinggiran kota Medinah setelah Nabi 'alaihis-salam
kembali dari mesjid ke rumah Aisyah. Sesudah tersiar berita kematian Nabi
orang menyusul Abu Bakar menyampaikan berita sedih itu. Abu Bakar segera
kembali. la melihatMuslimin dan Umar yang sedang berpidato. la tidak berhenti
tetapi terus menuju ke rumah Aisyah. Dilihatnya Nabi SallAllah s.w.t.u
'alaihi wasallam di salah satu bagian dalam rumah itu, sudah diselubungi
kain. la maju menyingkap kain itu dari wajah Nabi lalu menciumnya dan katanya:
"Alangkah sedapnya sewaktu engkau hidup, dan
alangkah sedapnya sewaktu engkau wafat." la keluar lagi menemui orang
banyak lalu berkata kepada mereka: "Saudara-saudara! Barang siapa mau
menyembah Muhammad, Muhammad sudah meninggal. Tetapi barang siapa menyembah
Allah s.w.t., Allah s.w.t. hidup selalu, tak pernah
mati." Selanjutnya ia membacakan firman Allah s.w.t.:
"Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya pun
telah berlalu rasul-rasul. Apabila dia mati atau terbunuh kamu akan berbalik
belakang? Barang siapa berbalik belakang samasekali tak akan merugikan Allah
s.w.t. tetapi Allah s.w.t. akan memberi pahala kepada orang-orang yang
bersyukur." (Qur'an,
3. 144).
Setelah didengarnya
Abu Bakar membacakan ayat itu, Umar jatuh tersungkur ke tanah. Kedua kakinya
sudah tak dapat menahan lagi, setelah dia yakin bahwa Rasulullah s.a.w. memang
sudah wafat. Orang semua terdiam setelah mendengar dan melihat kenyataan itu.
Setelah sadar dari rasa kebingungan demikian, mereka tidak tahu apa yang hendak
mereka perbuat.
Di sini kita
berhenti pula sejenak untuk melukiskan Abu Bakar dari segi psikologi dan di
sini akan kita lihat pula peranannya dengan lebih jelas. Kalaupun ada di
kalangan Muslimin yang akan merasa tercekam perasaannya karena meninggalnya Rasulullah
s.a.w. seperti yang dialami Umaritu. maka Abu Bakar-lah orangnya. Dia teman
dekat dan pilihan Nabi, dia yang diminta oleh Nabi berada di dekatnya dalam
setiap kesempatan.
D. Deskripsi Masa
Perjuangan Khalifah Abu Bakar
Sejak hari pertama Abu Bakar sudah bersama-sama dengan Muhammad melakukan
dakwah demi agama Allah s.w.t.. Keakraban masyarakatnya dengan dia,
kesenangannya bergaul dan mendengarkan pembicaraannya, besar pengaruhnya
terhadap Muslimin yang mula-mula itu dalam masuk Islam itu. Yang mengikuti
jejak Abu Bakar menerima Islam ialah Usman bin Affan, Abdur-Rahman bin Auf,
Talhah bin Ubaidillah, Sa'd bin Abi Waqqas dan Zubair bin Awwam. Sesudah mereka
yang kemudian menyusul masuk Islam atas ajakan Abu Bakar ialah Abu Ubaidah bin
larrah dan banyak lagi yang lain dari penduduk Mekah.
Keberaniannya menerima Islam dan menyiarkannya, Tetapi apa yang
menghilangkan kekaguman kita tidak mengubah penghargaan kita atas keberaniannya
tampil ke depan umum dalam situasi ketika orang masih serba menunggu, ragu dan
sangat berhati-hati. Keberanian Abu Bakar ini patut sekali kita hargai,
mengingat dia pedagang, yang demi perdagangannya diperlukan perhitungan guna
menjaga hubungan baik dengan orang lain serta menghindari konfrontasi dengan
mereka, yang akibatnya berarti menentang pandangan dan kepercayaan mereka. Ini
dikhawatirkan kelak akan berpengaruh buruk terhadap hubungan dengan para relasi
itu.
Demikianlah keadaan Abu Bakar dalam persahabatannya
dengan Muhammad, sejak ia memeluk Islam, hingga Rasulullah s.a.w. berpulang ke
sisi Allah s.w.t. dan Abu Bakar pun kemudian kembali ke sisi-Nya.
Abu Bakar orang pertama yang memperkuat agama, Teringat
saya tatkala Hamzah bin Abdul Muttalib dan Umar bin Khattab masuk Islam, betapa
besar pengaruh mereka itu dalam memperkuat Islam, dan bagaimana pula Allah
s.w.t. memperkuat Islam dengan kedua mereka itu. Keduanya terkenal garang dan
berpendirian teguh,kuat, ditakuti oleh lawan. Juga saya ingat, betapa Abu Bakar
ketika ia masuk Islam. Tidak ragu kalau saya mengatakan, bahwa dialah orang
pertama yang ditempatkan Allah s.w.t. untuk memperkuat agama-Nya.
Melindungi golongan lemah dengan hartanya, dalam
menjalankan dakwah itu tidak hanya berbicara saja dengan kawan-kawannya dan
meyakinkan mereka, dan dalam menghibur kaum duafa dan orang-orang miskin yang
disiksa dan dianiaya oleh musuh-musuh dakwah, tidak hanya dengan kedamaian
jiwanya, dengan sifatnya yang lemah lembut, tetapi ia menyantuni mereka dengan
hartanya. Digunakannya hartanya itu untuk membela golongan lemah dan
orang-orang tak punya, yang telah mendapat petunjuk Allah s.w.t. ke jalan yang
benar, tetapi lalu dianiaya oleh musuh-musuh kebenaran itu. Sudah cukup
diketahui, bahwa ketika ia masuk Islam, hartanya tak kurang dari empat puluh
ribu dirham yang disimpannya dari hasil perdagangan. Dan selama dalam Islam ia
terus berdagang dan mendapat laba yang cukup besar. Tetapi setelah hijrah ke
Medinah sepuluh tahun kemudian, hartanya itu hanya tinggal lima ribu dirham.
Sedang semua harta yang ada padanya dan yang disimpannya,
kemudian habis untuk kepentingan dakwah, mengajak orang ke jalan Allah s.w.t.
dan demi agama dan Rasul-Nya. Kekayaannya itu digunakan untuk menebus
orang-orang lemah dan budak-budak yang masuk Islam, yang oleh majikannya
disiksa dengan berbagai cara, tak lain hanya karena mereka masuk Islam.
Suatu hari Abu Bakar melihat Bilal yang negro itu oleh tuannya dicampakkan
ke ladang yang sedang membara oleh panas matahari, dengan menindihkan batu di
dadanya lalu dibiarkannya agar ia mati dengan begitu, karena ia masuk Islam.
Dalam keadaan semacam itu tidak lebih Bilal hanya mengulang-ulang kata-kata:
Ahad, Ahad. Ketika itulah ia dibeli oleh Abu Bakar kemudian dibebaskan! Begitu
juga Amir bin Fuhairah oleh Abu Bakar ditebus dan ditugaskan menggembalakan
kambingnya. Tidak sedikit budak-budak itu yang disiksa, laki-laki dan
perempuan, oleh Abu Bakar dibeli lalu dibebaskan.
Abu Bakar di Badr dan perang uhud, dengan penuh iman ia
mendampingi Rasulullah s.a.w. serta percaya bahwa Allah s.w.t. pasti akan
menolong agama-Nya, baik dalam peperangan maupun ketika di dalam kota di
Medinah. Orang masih ingat sejarah Muslimin sampai keadaan jadi stabil sesudah
pembebasan Mekah dan masuknya Banu Saqif di Ta'if ke dalam pangkuan Islam penuh
tantangan berupa peristiwa-peristiwa perang, atau dalam usaha mencegah perang
atau untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Belum lagi
peristiwa-peristiwa kecil lainnya dalam bentuk ekspedisi-ekspedisi atau
patroli. Waktu itu orang-orang Yahudi dipimpin oleh Huyai bin Akhtab tak
henti-hentinya meng-hasut kaum Muslimin. Begitu juga Kuraisy, mereka berusaha
mati-matian mau melemahkan dan menghancurkan kekuatan Islam. Terjadinya perang
Banu Nadir, Khandaq dan Banu Quraizah dan diselang seling dengan bentrokan-bentrokan
lain, semua itu akibat politik Yahudi dan kedengkian Kuraisy. Dalam semua
peristiwa dan kegiatan itu Abu Bakar lebih banyak mendampingi Nabi. Dialah yang
paling kuat kepercayaannya pada ajaran Nabi.
Sikapnya di Hudaibiyah, bagaimana sikap Abu Bakar ketika
muslimin berpendapat, isi perjanjian ini merendahkan martabat agama mereka.
Tetapi Abu Bakar langsung percaya dan yakin akan kebijaksanaan Rasulullah
s.a.w.. Setelah kemudian turun Surah Fath (48) bahwa persetujuan Hudaibiyah itu
adalah suatu kemenangan yang nyata, dan Abu Bakar dalam hal ini, seperti juga
dalam peristiwa-peristiwa lain, ialah as-Siddiq, yang tulus hati, yang segera
percaya.
Abu Bakar memimpin jamaah haji, Allah s.w.t. telah
mengizinkan kaum Muslimin melengkapi kewajiban agamanya, dan ibadah haji itulah
kelengkapannya.
Abu Bakar memimpin salat, Karena sakit bertambah berat
juga maka Nabi meminta Abu Bakar memimpin sembahyang. Dengan itu orang menduga,
bahwa Nabi menghendaki Abu Bakar sebagai penggantinya kelak, karena memimpin
orang-orang salat merupakan tanda pertama untuk menggantikan kedudukan Rasulullah
s.a.w..
E. Keberhasilan Abu
Bakar Selama Kepemimpinannya
1. Memberantas Pembangkang
Zakat
Baru saja Abu Bakar memangku jabatan Khalifah, Kekacauan yang menimpa
kawasan Arab itu berkesudahan dengan berbaliknya mereka dari Islam, sementara
yang lain tetap dalam Islam tapi tak mau membayar zakat kepada Abu Bakar.
Keengganan membayar zakat itu baik karena kikir dan kelihaian mereka seperti
kelihaiannya dalam mencari dan menyimpan uang, dan pergi kian ke mari sampai
mengorbankan hidupnya demi memperolehnya, atau karena anggapan bahwa pembayaran
itu sebagai upeti yang sudah tak berlaku lagi sesudah Rasulullah s.a.w. tiada,
dan boleh dibayarkan kepada siapa saja yang mereka pilih sendiri sebagai
pemimpinnya di Medinah. Mereka mogok tak mau membayar zakat dengan menyatakan
bahwa dalam hal ini mereka tidak tunduk kepada Abu Bakar. Demikian yang terjadi
dengan kabilah-kabilah yang dekat dengan Medinah, terutama kabilah Abs dan
Zubyan.
Yang kalah bergabung dengan Tulaihah, Penggabungan
kabilah-kabilah itu memperkuat kedudukan Tulaihah dan Musailimah juga
memperkuat semangat pembangkangan di Yaman. Oleh karena itu, Abu Bakar tetap pada
pendiriannya semula untuk memerangi mereka sampai tuntas.
2. Perang Riddah
Kabilah-kabilah Abu Zubyan, Banu Bakar dan semua yang bersekutu dengan
mereka oleh Abu Bakar dihancurkan dan dikeluarkan dari Abraq. Mereka sekarang
bergabung kepada Tulaihah bin Khuwailid al-Asadi di Buzakhah. Abu Bakar sudah
mengumumkan bahwa Allah s.w.t. sudah menganugerahkan negeri-negeri itu dan
tidak akan dikembalikan kepada pemiliknya. Abraq ditempati oleh pasukan berkuda
Muslimin, dan negeri-negeri Rabazah yang lain dibiarkan untuk tempat gembala
dan sebagai sedekah kepada orang-orang beriman.
Abu Bakar tinggal di Medinah sampai benar-benar ia merasa
yakin bahwa pasukan Usamah sudah berkumpul semua, kemudian bersama mereka ia
berangkat ke Zul-Qassah. Pasukan itu dibaginya menjadi sebelas brigade dengan
masing-masing di bawah pimpinan satu orang. Kemudian ia mengeluarkan perintah
kepada mereka masing-masing agar memobilisasi Muslimin yang kuat-kuat dan
dipersiapkan untuk berangkat menghadapi kaum murtad. Untuk melindungi kota
Medinah Abu Bakar memperkuatnya dengan brigade yang lebih kecil.
Sejak itu Abu Bakar tidak lagi menginggalkan Medinah.
Bukan karena tidak ingin bersama-sama dengan Muslimin dalam segala perjuangan
itu, tetapi karena Medinah sudah menjadi markas komando tertinggi
seluruhpasukan, dan sumber semua pengiriman perintah untuk bergerak dari tempat
ke tempat yang lain. Abu Bakar mengeluarkan perintah kepada semua komandan
pasukan agar jangan ada yang pindah dari perang berkelompok yang sudah
dimenangkan untuk bergerak ke tempat lain sebelum mendapat izin. Dia yakin
sekali bahwa kesatuan komando dalam perang merupakan salah satu taktik yang
paling kuat dan tepat, dan jaminan untuk mencapai kemenangan.
Abu Bakar tak dapat diragukan, Ia menduduki jabatan
Khalifah iru bukan atas keinginannya sendiri, tetapi karena kalangan terkemuka
di Medinah berpendapat dialah yang paling tepat untuk itu. Sejak pertama ia
memegang jabatan itu ia sudah menyatakan perkiraannya mengenai beban yang
dihadapinya bahwa penerimaannya itu adalah suatu pengorbanan di jalan Allah
s.w.t. Begitu selesai dibaiat ia berpidato yang antara lain katanya: "Saya
diserahi jabatan ini, tetapi saya menerimanya karena terpaksa. Demi Allah
s.w.t., saya sangat mengharapkan sekiranya ada yang lain saja." Pada
kesempatan lain ia pernah berpidato, setelah mengucapkan hamdalah:
"Manusia yang paling malang di dunia dan di akhirat ialah raja-raja."
Gerakan damai sebelum Perang Riddah, gerakan damai Abu Bakar
tidakbermaksud hendak mencoba-coba, kalau berhasil syukur, kalau tidak akan
dicari cara lain untuk membuat gerakan damai baru lagi.
3. Tulaihah dan Ekspedisi
Buzakhah
Kabilah-kabilah sebangsa Abu Zubyan dan Banu Bakar serta mereka yang
membantunya dalam menyerang Medinah, setelah berakhir dengan kehancuran yang
memalukan, mereka bergabung kepada Tulaihah bin Khuwailid al-Asadi. Kemudian kabilah-kabilah
Tayyi', Gatafan, Sulaim dan penduduk pedalaman yang berdekatan, yang terletak
di sebelah timur dan barat laut Medinah, juga ikut bergabung.
Sesudah Rasulullah s.a.w. wafat Tulaihah tidak lagi
mendakwakan diri nabi. la melakukannya pada saat-saat terakhir dalam kehidu'pan
Nabi. Sama halnya dengan Aswad al-Ansi dan Musailimah3. Seperti
kedua rekannya Aswad dan Musailimah yang juga mendakwakan diri nabi, ia juga
tidak mengajak masyarakat Arab kembali kepada penyembahan berhala. Paganisma
itu oleh Muhammad sudah dikikis habis dari negeri Arab.
Tulaihah an-Nimari menjadi pengikut Musailimah, Kita tak
perlu mempertanyakan bagaimana orang-orang yang berpikir sehat di kalangan
Musailimah itu sampai menjadi pengikutnya. Kita sudah tahu fanatisma Arab dan
kabilah-kabilahnya yang begitu kukuh hendak bertahan pada kebebasan. Peristiwa
yang menentukan dalam sejarah Islam Kekuatan Musailimah adalah kekuatan murtad
dan pembangkangan yang gigih dan jelas sekali dalam menentang kenabian Muhammad
yang bukan hanya untuk Kuraisy, tetapi juga untuk segenap umat manusia4.
Kekuatan ini menjadi pusat perhatian, dari Yaman, Oman, Mahrah, Bahrain,
Hadramaut sampai ke semua daerah selatan Semenanjung, menyusur turun dari
Mekah, Ta'if sampai ke Teluk Aden. Kemudian Persia pun mengarahkan perhatiannya
ke sana. Pasukan Musailimah itu sangat percaya kepadanya dan bersedia mati
untuk itu. Pertempuran dahsyat pasti terjadi. Inilah yang akan menjadi teladan,
betapa besar dan hebatnya kekuatan iman itu.Pasukan Muslimin menyerbu kebun itu
dan langsung menyerangmusuh. Pedang-pedang Banu Hanifah itu justru terhambat
oleh pepohonan di sekitar mereka. Sungguhpun begitu tidak mengurangi
sengitnyapertempuran.

3. Abi alfada
alhafid ibn katsir addamsyi, “Albidayatu wa Alnihayatu”. (Bairut Libanon: Darul
kutub al’amilah), jld. III, hlm, 307.
4. Muhamad Husen
Haekal, “Abu Bakar As-Siddiq yang Lembut Hati”. Diterjemahkan oleh Ali Audah,
(Bogor: PT. Pustako Utera Antar Nusa, 2003), hlm. 149.
bapak syuhada dalam perang Uhud itu. Dalam perang Yamamah ini ia juga ikut
serta. Tatkaladilihatnya Musailimah di kebun itu, diayunkannya tombaknya, dan
bilasudah terasa pas, dibidikkannya kepada Musailimah. Bidikannya itutidak
meleset. Bersamaan dengan itu ada orang Ansar yang juga ikutmenghantam
Musailimah dengan pedangnya. Karena itulah Wahsyi berkata: "Hanya Allah
s.w.t. yang tahu siapa di antara kita yang telah membunuhnya."Ketika itu
ada seseorang berteriak: "Yang membunuhnya seorang budak hitam." Semangat Banu Hanifah reda setelah mendengar
teriakan bahwa Musailimah sudah terbunuh. Mereka menyerah tanpa mengadakan
perlawanan lagi. Muslimin terus menghantam mereka. Pada masa itu tanah Arab
belum pernah mengalami pertumpahan darah sehebat pertempuran di Yamamah itu.
Itu sebabnya "Kebun Rahman" ini kemudian diberi nama "Kebun
Maut." Dan nama inilah yang terus dipakai dalam buku-buku sejarah.
F. Akhir Perjuangan
Abu Bakar
Sejarah mencatat, bahwa selama masa pemerintahannya yang dua tahun tiga
bulan itu, ia cuma mengeluarkan 8.000 dirham dari bait-al-mal itu bagi
keperluannya5. Hal itu dapat diketahui karena setiap penerimaan dan
pengeluaran dari bait-al-mal itu dicatat oleh tokoh-tokoh yang terpandang
jujur, dan menurut istilah sekarang ini adalah bendaharawan.
Selama pemerintahannya Abu Bakar telah banyak berjasa dalam membangun
Islam, beliau sudah berhasil menghadapi berbagai kesulitan, dari mulai
mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan peruksakan terhadap ajaran
islam sampai memerangi musuh-musuh Islam, sampai akhirnya perjuangan beliau
ditutup dengan wafatnya pada tahun 11 H/634 M.
![]() |
5.
Joesoef Sou’yb, “Sejara h Daulat Khulafaur Rasyidin”. (Jakarta: Bulan Bintang,
1979), hlm. 133.

KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Abu Bakar aslinya Abdul
Ka’bah julukan atiq, yang diganti dengan Abdullahadalah putra dari
pasangan Abu Quhafah (Usman bin Amir) dan Umur Khair Salamah (Salma bint Sakhr
bin Amir), dia dilahirkan tahun 573 M. Adapun nama Abu Bakar diberikan setelah
ia masuk agama Islam, Abu artinya bapak dan Bakar artinya segera. Sedangkan
gelar As Shiddiq karena dia adalah orang pertama membenarkan Rasulullah s.a.w.
ketika Isra Mi”raj.
2. Kepribadian mulia dari
Abu Bakar dirasakan oleh semua orang di zamannya, bahkan dari kalangan yang
sangat lemah, dia pun terkenal seorang yang sangat dermawan. Juga, keteguhan
imannya mengantarkan pada keberhasilan selama meminpin menjadi khalifah,
prestasi yang sangat menonjol dari Abu Bakar adalah berhasil memerangi
pembangkang dalam membayar zakat, memerangi murtadin dan orang yang ingkar
mengaku dirinya nabi, memperluas wilayah Islam, serta berhasil mengumpulkan
al-Quran yang terasa sampai sekarang kemanfaatannya.
3. Sejarah mencatat, selama
dua tahun tiga bulan masa pemerintahannya, menurut bendaharawan yang jujur ia
cuma mengeluarkan 8.000 dirham dari bait-al-mal bagi keperluannya.
B. SARAN-SARAN
1.
Mahasiswa
khususnya, mempelajari Sejarah Peradaban Islam akan menambah kesadaran diri
serta pandangan masa depan yang pasti.
2.
Mempelajari
Sejarah Islam atau Sejarah Peradaban Islam diharapkan jangan hanya sekedar
kesan dongeng saja, tetapi sampai sendi-sendi nilai positif sehingga akan
memiliki dampaknya yang sangat berarti.
3.
Memahami seluk beluk Sejarah Islam, Menjadi penting
artinya, ketika kita sebagai muslim dianjurkan mengikuti langkah-langkah dan
meneladani Rasulullah s.a.w. serta tokoh
panutan dalam Islam. Oleh karena itu, setelah membaca makalah ini diharapkan
untuk mengkaji lebih jauh dari berbagai referensi yang ada.
|
|
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullatif Ahmad “Aasyur. (1988). “10 Orang Dijamin Ke Surga”. Terjemah, judul
aslinya: Al’Asyratu Almubasysyaruna Bijannati. Depok: Gema Insani.
Alhafid ibn katsir addamsyi Abi
alfada. “Albidayatu wa Alnihayatu”. (Bairut Libanon: Darul kutub
al’amilah), jld.
Hasan ibrahim Hasan. (1989). “Sejarah
dan Kebudayaan Islam”. Yogyakarta: Kota Kemabang, 1989.
Jaih
Mubarok. (2005). “Sejarah Peradaban Islam”. Bandung: Pustaka Bani
Quraisy.
Joesoef Sou’yb. (1979).
“Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin”. Jakarta: Bulan Bintang.
Muhamad Husen Haekal. (2003). “Abu
Bakar As-Siddiq yang Lembut Hati”. Diterjemahkan oleh Audah Ali. Bogor: PT.
Pustako Utera Antar Nusa.
Peter Chippendale and Chris Horrie.
(1997). “What is Islam Virgin Books an Imprint of Virgin”. Publishing Ltd Lad Broake Brone London W 105
AH.
Rizal Hidayat.
(2009). “Abu Bakar Shiddiq”. Bandung: PT. Indah Jaya Adipratama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar