I.
PENDAHULUAN
Ada
dua periode dalam kehidupan nabi Muhammad SAW SAW, yaitu periode Mekah dan
periode Madinah. Masing-masing periode dikaitkan dengan nama tempat kejadian.
Pada awalnya nama-nama tersebut hanyalah nama kota saja, tetapi ini kemudian
menjadi symbol kekuatan dalam Islam, yang berarti ada dua aspek kelahiran
islam. Mekah merupakan kota dakwah agar manusia beriman sedangkan Madinah merupakan kota revolusi[1].
Muhammad
SAW dilahirkan di kota Mekah pada Tahun Gajah. Kota yang saat itu masyarakatnya
dijuluki sebagai kaum Jahiliyah. Pergaulan
bebas diperbolehkan, bahkan pada zaman itu seorang wanita tidak ada harganya
dengan alasan karena tidak bisa ikut beperang atau bekerja keras, sehingga
apabila lahir seorang bayi perempuan
maka kaum Jahiliyah tidak segan-segan untuk membunuhnya dengan cara mengubur
hidup-hidup. Begitulah sekilas keadaan masyakat sebuah kota dimana Muhammad SAW
dilahirkan[2].
Sejak
kecil Muhammad SAW sudah dalam keadaan yatim karena ditinggal oleh ayahnya,
Abdullah. Sejak kecil pula Muhammad SAW menggembala kambing, kemudian berdagang. Sejak usia remaja pula Muhammad SAW banyak dipercaya oleh
pedagang-pedagang besar untuk mengurus dagangannya, ini karena sifat kejujuran
yang dimiliki Muhammad SAW. Banyak orang-orang yang simpati kepada Muhammad SAW.
Nama Muhammad SAW menjadi buah bibir di berbagai penjuru kota karena terkenal
jujur. Kejujurannya pun hingga memikat
seorang janda kaya yaitu Siti Khajidah RA, yang kemudian menjadi istri pertama Muhammad
SAW[3].
Namun
pujian dan sanjungan karena kejujuran Muhammad SAW hilang setelah wahyu pertama
turun yang itu artinya bahwa Muhammad SAW bukan lagi seorang pemuda pedagang
yang ulet dan jujur, tetapi selain itu setelah wahyu pertama turun Muhammad SAW
seorang nabi yang diutus oleh Allah sebagai rahmatan lil`alamiin.
Ketika
permulaan nabi berdakwah dengan menyampaikan wahyu Allah mengajak untuk
melakukan perbuatan baik (tauhid kepada Allah) dan meninggalkan perbuatan buruk
(menyembah berhala). Akan tetapi ajakan
ini tidak mudah untuk diterima oleh kaum Quraisy. Tentu saja ajakan ini
menimbulkan rekasi yang sangat keras dari berbagai pihak. Muhammad SAW dianggap
penghalang bagi mereka untuk menyembah sesembahan nenek moyang mereka yaitu
berhala. Banyak dari mereka yang menyebut nabi sebagai majnun (orang
gila). Bahkan ada yang sampai melempar nabi dengan kotoran hewan. Dengan ajaran
nabi itu ada yang menolak dengan cara kasar dan adapula yang menolak dengan
cara halus[4].
Dalam
menyampaikan ajaran Islam tidak mudah bagi Nabi Muhammad SAW karena banyak
tantangan dan hambatannya. Namun dengan perjuangan gigihnya beliau berhasil
menyebarkan Islam hingga sampai ke berbagai penjuru dunia seperti yang kita
rasakan sekarang.
Nabi
Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul pada usia 25 Tahun, dan Nabi menyampaikan wahyu
selama kurang lebih 23 tahun, 13 tahun selama di Mekah dan 10 tahun selama di Madinah.
Penyebaran Islam di Madinah relatif lebih mudah dibandingkan dengan di Mekah,
ini karena di Madinah Islam sudah lebih dikenal dan penduduk Madinah lebih
ramah daripada penduduk Mekah[5].
Lebih
lanjut mengenai sejarah Nabi Muhammad SAW, penyusun akan menguraikan sejarah
perjalanan nabi semasa di Mekah. Uraian yang dimaksud sebagaimana yang terdapat
dalam bagian pembahasan.
II.
PEMBAHASAN
A.
KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW
Nabi
Muhammad SAW dilahirkan ketika sudah ditinggalkan oleh ayah Beliau, Abdullah
bin Abdul Muhthalib. Abdullah menikah dengan Aminah, seorang perempuan dari
Yastrib dalam usia 17 tahun[6], namun Abdullah meninggal
7 bulan setelah setelah menikah[7]. Syekh Muhammad SAW Al Khidri Buck, professor
sejarah Islam mesir dalam bukunya Nur Al
Yaqin fi Shirat Sayyid Al Mursalin (1953) sebagaimana yang dikutip oleh
Razwi (1997:54), mengatakan bahwa;
“Ia Muhammad SAW bin Abdullah) lahir
di rumah pamannya, Abu Thalib, dalam lindungan bani Hasyim di makkah pada
tanggal 12 Rabiul awal tahun gajah, bertepatan dengan tanggal 08 Juni 570 M.
wanita yang membantu Aminah melahirkannya adalah ibu dari Abdurrahman bin Auf.
Aminah, ibunya menyampaikan berita gembira tentang kelahiran putranya itu
kepada Abdul Muthalib dan kemudian datang, menggendongnya di lengannya, dan
menamainya Muhammad SAW”.
Muhammad SAW terlahir dari keluarga
yang relatif miskin, ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib, seorang
kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya, ibunya adalah Aminah binti Wahab
dari Bani Zuhrah, tahun kelahiran nabi Muhammad SAW dikenal dengan Tahun Gajah
(570 M)[8].
Muhammad SAW lahir dalam keadaan
yatim karena ayahnya Abdullah telah meninggal tiga bulan setelah dia menikahi
Aminah, Muhammad SAW kemudian diserahkan kepada kepada ibu pengasuh, Halimah
Sa`diyyah. Dalam asuhan Halimah Sa`diyah lah Muhammad SAW dibesarkan sampai
usia empat tahun[9].
Mengenai tahun
ketika Muhammad SAW dilahirkan,
beberapa ahli berlainan pendapat.
Sebagian besar mengatakan pada Tahun Gajah (570
Masehi). Ibn Abbas mengatakan ia dilahirkan pada Tahun Gajah
itu. Yang lain berpendapat kelahirannya itu
lima belas tahun sebelum peristiwa gajah. Selanjutnya ada yang
mengatakan ia dilahirkan beberapa hari
atau beberapa bulan
atau juga beberapa tahun
sesudah Tahun Gajah. Ada yang menaksir tiga puluh tahun,
dan ada juga yang
menaksir sampai tujuh puluh tahun.
Selanjutnya terdapat
perbedaan pendapat mengenai
waktu kelahirannya, yaitu siang atau malam, demikian juga
mengenai tempat kelahirannya di
Mekah. Caussin de Perceval dalam Essai sur
l'Histoire des Arabes
menyatakan, bahwa Muhammad
SAW dilahirkan bulan Agustus 570, yakni Tahun Gajah, dan bahwa dia dilahirkan
di Mekah di rumah kakeknya Abdul-Muttalib[10].
Menurut penanggalan para ahli, kelahiran Muhammad SAW itu
pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah atau tanggal 20 April tahun 571[11]. Adapun sebab dinamakan tahun
kelahiran Nabi itu dengan Tahun Gajah, karena pada tahun itu, kota Mekah
diserang oleh suatu pasukan tentara orang Nasrani yang kuat di bawah pimpinan
Abrahah, gubernur dari kerajaan Nasrani Abessinia yang memerintah di Yaman, dan
mereka bermaksud menghancurkan Ka'bah. Pada waktu itu Abrahah berkenderaan
gajah. Belum lagi maksud mereka tercapai, mereka sudah dihancurkan oleh Allah SWT.
dengan mengirimkan burung Ababil. Oleh karena pasukan itu mempergunakan gajah,
rnaka orang Arab menamakan bala tentara itu pasukan bergajah, sedang tahun
terjadinya peristiwa ini disebut Tahun Gajah[12].
Ketika nabi lahir, nabi sudah dalam keadaan yatim.
Kemudian ketika beliau berusia 6 tahun, Beliau juga ditinggalkan oleh ibunya,
Aminah. Ia mulai bekerja sebagai penggembala kambing di kota Mekah dataran bumi
yang tandus mengikuti tradisi orang Mekah[13]. Ia pun mulai belajar berdagang.
Sikap kejujuran dan keberhasilannya dalam berdagang ini berhasil meraih simpati
Khadijah, seorang janda tua, cerdik lagi kaya. Muhammad SAW akhirnya terkenal
di kota Mekah dengan sifat kejujurannya itu, kemudian orang-orang Quraish
memberikan julukan sebagai satu-satunya orang yang terpercaya (al amin)[14].
Selain itu, Muhammad SAW dijuluki “al amin” karena mampu mendamaikan para pemuka Quraisy yang sedang
bertikai. Pertikaian ini karena mereka memperebutkan siapa orang yang berhak
menaruh Hajar Aswad pada tempatnya yang semula. Perselisihan ini hampir
menimbulkan pertumpahan darah. Beruntung ini dapat dicegah ketika Abu Umayyah
ibn Mughirah Al Makhzumi mengusulkan agar diserahkan kepada orang yang pertama
masuk pintu Shafa. Dan orang yang pertama kali masuk pintu Shafa ialah Nabi Muhammad
SAW. Kemudian para pimpinan kabilah untuk menaruh Hajar Aswad tersebut. lalu nabi
menggunakan sehelai kain, lalu nabi meletakan batu itu di atas kain, kemudian Nabi
meminta pimpinan kabilah untuk bersama-sama mengangkat kain yang terdapat batu
itu. Setelah itu nabi meletakan batu itu di atas tempatnya semula. Keputusan
ini ternyata memuaskan semua pihak[15].
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad SAW percaya sepenuhnya
dengan ke-Esaan Tuhan. Ia
hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat angkuh dan sombong.
Ia menyayangi orang-orang miskin, para
janda dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong
mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang biasa di kalangan bangsa Arab
pada masa itu seperti berjudi,
meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal
sebagai Ash-Shaadiq yang memiliki arti Yang Benar[16].
B.
PERNIKAHAN NABI
Setelah usia Muhammad SAW mencapai 20 tahun, beliau
sering keluar kota untuk berdagang. Karena memang sudah terkenal terpercaya,
maka banyak para pedagang-pedangang besar yang mengajak untuk bekerja sama
dengan Beliau, karena para pedagang tersebut tidak mampu berdagang sendiri. Muhammad
SAW diminta untuk membawa dagangan orang-orang yang tidak mampu pergi,
kesuksesan dalam menunaikan tugas ini membuahkan banyak penawaran yang lainnya,
sehingga ia memperoleh penghasilan yang lebih baik dan pernikahan menjadi
sesuatu hal yang mungkin dilakukan[17].
Ketika Muhammad SAAW mencapai usia remaja dan berkembang menjadi
seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan
memanah, begitupula dengan ilmu untuk
menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum
dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad
menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan secepatnya tentang kejujuran dan
sifat dapat dipercaya Muhammad dalam membawa bisnis perdagangan telah meluas,
membuatnya dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk
Mekkah[18].
Seseorang yang telah mendengar tentang anak muda yang sangat
dipercaya dengan adalah seorang janda yang bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki
status tinggi di suku Arab dan
Khadijah sering pula mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di
tanah Arab. Reputasi Muhammad SAW membuatnya terpesona sehingga membuat
Khadijah memintanya untuk membawa serta barang-barang dagangannya dalam perdagangan.
Muhammad SAW dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat
terkesan dengan sekembalinya Muhammad dengan keuntungan yang lebih dari
biasanya[19].
Banyak
pemuka Quraisy yang ingin Khadijah dan sanggup membayar mas kawin berapa pun yang
dikehendakinya, namun selalu ditolaknya dengan halus karena tak ada yang
berkenan di hatinya.
. Muhammad SAW dikenal sebagai “al amin” (orang dapat dipercaya) di penjuru kota Mekah sebagai orang yang
jujur, dapat diandalkan. Kabar ini berdasarkan laporan orang-orang yang pernah
mempercayakan dagangannya kepada Muhammad SAW. Kabar ini pun terdengar oleh
Khadijah, dan Khadijah meminta Muhammad SAW untuk mendangankan hartanya. Ia
meminta Muhammad SAW untuk mendagangkan hartanya ke Syria, dan ditemani oleh
seorang budak, Maysarah. Untuk hal ini Muhammad SAW dibayar dua kali lebih
besar dari upah terbesar yang biasa diberikan kepada orang Quraish[20].
Pada suatu malam ia bermimpi melihat matahari turun dari
langit, masuk ke dalam rumahnya serta memancarkan sinarnya ke semua tempat
sehingga tiada sebuah rumah di kota Makkah yang luput dari sinarnya. Mimpi itu
diceritakan kepada anak bapak saudaranya yang bernama Waraqah bin Naufal. Dia
seorang lelaki yang berumur lanjut, ahli dalam mentakbirkan mimpi dan ahli
tentang sejarah bangsa-bangsa purba. Waraqah juga mempunyai pengetahuan luas
dalam agama yang dibawa oleh Nabi-Nabi terdahulu.
Waraqah berkata: “Takwil dari mimpimu itu ialah bahwa
engkau akan menikah kelak dengan seorang Nabi akhir zaman.”
“Nabi itu berasal dari negeri mana?” tanya Khadijah
bersungguh-sungguh.”Dari kota Makkah ini!” ujar Waraqah singkat.
“Dari
suku mana?”
“Dari
suku Quraisy juga.”
Khadijah
bertanya lebih jauh: “Dari keluarga mana?”
“Dari
keluarga Bani Hasyim, keluarga terhormat,” kata Waraqah dengan nada menghibur.
Khadijah
terdiam sejenak, kemudian tanpa sabar meneruskan pertanyaan terakhir: “Siapakah
nama bakal orang agung itu, hai anak bapa saudaraku?”
Orang tua itu mempertegas: “Namanya Muhammad SAW SAW.
Dialah bakal suamimu!”
Khadijah pulang ke rumahnya dengan perasaan yang luar
biasa gembiranya. Belum pernah ia merasakan kegembiraan sedemikian hebat. Maka
sejak itulah Khadijah sentiasa bersikap menunggu dari manakah gerangan kelak
munculnya sang pemimpin itu[21].
Muhammad SAW, bakal suami wanita hartawan itu, adalah
seorang yatim piatu yang miskin sejak kecilnya, dipelihara oleh saudara
bapaknya, Abu Thalib, yang hidupnya pun serba kekurangan. Meskipun demikian, Abu
Thalib amat sayang kepadanya, menganggapnya seperti anak kandung sendiri,
mendidik dan mengasuhnya sebaik-baiknya dengan adab, tingkah laku dan budi
pekerti yang terpuji. Pada suatu ketika, Abu Thalib berbincang-bincang dengan
saudara perempuannya bernama ‘Atiqah mengenai diri Muhammad SAW.
Beliau berkata: “Muhammad SAW sudah pemuda dua puluh
empat tahun. Semestinyalah sudah kahwin.Tapi kita tak mampu mengadakan
perbelanjaan, dan tidak tahu apa yang harus diperbuat.”
Setelah memikirkan segala ikhtiar, ‘Atiqah pun berkata:
“Saudaraku, saya mendengar berita bahwa Khadijah akan memberangkatkan kafilah
niaga ke negeri Syam dalam waktu dekat ini. Siapa yang berhubungan dengannya
biasanya rezekinya bagus, diberkati Allah SWT. Bagaimana kalau kita pekerjakan Muhammad
SAW kepadanya? Saya kira inilah jalan untuk memperolehi nafkah, kemudian
dicarikan isterinya.”
Abu Thalib menyetujui saranan saudara
perempuannya.Dirundingkan dengan Muhammad SAW, ia pun tidak keberatan.‘Atiqah
mendatangi wanita hartawan itu, melamar pekerjaan bagi Muhammad SAW, agar
kiranya dapat diikutsertakan dalam kafilah niaga ke negeri Syam.
Khadijah, tatkala mendengar nama Muhammad, ia berfikir
dalam hatinya: “Oh… inilah takdir mimpiku sebagaimana yang diramalkan oleh
Waraqah bin Naufal, bahawa ia dari suku Quraisy dan dari keluarga Bani Hasyim,
dan namanya Muhammad SAW, orang terpuji, berbudi pekerti tinggi dan nabi akhir
zaman.” Seketika itu juga timbullah hasrat di dalam hatinya untuk bersuamikan Muhammad,
tetapi tidak dilahirkannya karena khuatir akan fitnah.
“Baiklah,” ujar Khadijah kepada ‘Atiqah, “saya terima Muhammad
dan saya berterima kasih atas kesediaannya. Semoga Allah SWT melimpahkan
berkatnya atas kitabersama.”. Wajah Khadijah cerah, tersenyum
sopan,menyembunyikan apa yang tersudut di kalbunya.Kemudian ia meneruskan:
“Wahai ‘Atiqah, saya tempatkan setiap orang dalam rombongan niaga dengan
penghasilan tinggi, dan bagi Muhammad SAW SAW akan diberikan lebih tinggi dari
biasanya.”
Atiqah berterima kasih, ia pulang dengan perasaan gembira
menemui saudaranya, menceritakan kepadanya hasil perundingannya dengan wanita
hartawan dan budiman itu. Abu Thalib menyambutnya dengan gembira. Kedua
bersaudara itu memanggil Muhammad SAW seraya berkata: “Pergilah anakanda kepada
Khadijah, ia menerima engkau sebagai pekerjanya. Kerjakanlah tugasmu
sebaik-baiknya.[22]”
Setelah Muhammad SAW kembali dari Syria, Khadijah
bertanya kepada Muhammad SAW mengenai
cara beliau transaksi dan sebagainya. Ternyata Khadijah diuntungkan sampai dua
kali lipat dari biasanya. Tanpa disadari disinilah ternyata Khadijah mulai
tertarik kepada Muhammad SAW, dan akhirnya khadijah mengajak Muhammad SAW untuk menikah dengannya.
Nabi menikahi Sayyidah Khadijah pada usia 25 tahun,
sementara Khadijah berumur 40 tahun. Namun sebagian sejarawan menyebutkan usia
khadijah 25 tahun, dan yang lain menyatakan 28 tahun[23]. Juga dikatakan bahwa Sayyidah Khadijah
pernah dua kali menikah, sebelum menikah dengan Nabi SAW, namun sebagian
sejarawan menyangkal hal ini dan mengisyaratkan bahwa ia masih perawan ketika nabi
menikahinya[24]. Pendapat lain mengatakan, Nabi
mengawini Khadijah ketika Nabi masih berumur 25 tahun, sedangkan Khadijah sudah
berumur 40 tahun. Khadijah sebelumnya sudah menikah 2 kali sebelum menikah
dengan Nabi SAW. Suami pertama Khadijah adalah Aby Haleh Al Tamimy dan suami
keduanya adalah Oteaq Almakzomy, keduanya sudah meninggal sehingga menyebabkan
Khadijah menjadi janda[25].
C.
WAHYU
PERTAMA
Muhammad SAW dilahirkan
di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan,
pertempuran dan penyembahan berhala. Ia sering menyendiri ke Gua Hira',
sebuah gua bukit dekat Mekah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur
karena bertentangan sikap dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut. Di
sinilah ia sering berpikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya
memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Aisyah RA seperti yang
diriwayatkan dalah Shahih Bukhari-berkata, awal permulaan wahyu kepada
Rasulullah SAW. adalah mimpi yang benar. Beliau tidak melihat sesuatu
mimpi, kecuali mimpi tersebut datang seperti cahaya subuh. Kemudian beliau
menyendiri di Gua Hira[26]
untuk beribadah beberapa malam sebelum kembali ke keluarganya dan mengambil
bekal untuk kegiatannya itu sampai beliau dikejutkan oleh kedatangan Malaikat
Jibril pada saat berada di Gua Hira[27].
Dari hadis di atas kita bisa mengetahui bahwa wahyu
pertama kali kepada nabi yaitu berupa mimpi (pemandangan) tidur, yang merupakan
cahaya yang terang seperti cuaca di waktu pagi. Kemudian pada lain waktu beliau
kedatangan malaikat pembawa wahyu, padahal beliau sedang berada di Gua Hira.
Ramadhan merupakan bulan biasa digunakan untuk
mengasingkan diri. Pada suatu malam menjelang akhir Ramadhan dalam usia beliau
yang ke empat puluh, ketika beliau sedang sendirian dalam goa datanglah
malaikat dalam rupa manusia[28].
Malaikat Jibril mendatangi beliau dan berkata, “Bacalah!”
Rasulullah SAW. menjawab, “Saya tidak dapat membaca.” Beliau mengatakan, lalu
malaikat itu memegang dan mendekapku sampai aku merasa lelah. Kemudian ia
melepaskanku dan megnatakan, “Bacalah!” Aku menjawab, “Aku tidak dapat
membaca!’ Malaikat itu mengulanginya untuk yang ketiga sambil mengatakan,
“Iqra’ bismi rabbikal ladzii khalaq; bacalah, dengan menyebut nama Rabbmu yang
menciptakan.[29]”
(Al-’Alaq: 1)
Kemudian Rasulullah SAW. pulang. Kepada isterinya,
Khadijah, beliau berkata, “Selimuti aku, selimuti aku.” Lalu beliau diselimuti
sampai rasa keterkejutannya hilang. Kemudian beliau menceritakan apa yang
terjadi kepada Khadijah. “Aku Khawatir terhadap diriku.” Khadijah menjawab,
“Tidak. Demi Allah, sama sekali Dia tidak akan menghinakanmu selamanya. Sebab,
engkau orang yang mempererat tali persaudaraan dan memikul beban orang lain.
Engkau orang yang menghormati tamu, membantu orang yang susah, dan membela
orang-orang yang berdiri di atas kebenaran.”
Kemudian Khadijah pergi bersama Nabi SAW. menemui
sepupunya, Waraqah bin Naufal. Waraqah pernah menulis kitab Injil berbahasa
Ibrani. Khadijah berkata, “Wahai anak pamanku, dengarlah apa yang dikatakan
oleh anak saudarmu.” Waraqah bertanya dan ketika Rasulullah SAW. menceritakan
peristiwa yang dialaminya, ia berkata, “Itu adalah Namus (Jibril) yang pernah
diutus Allah SWT. kepada Nabi Musa AS Alangkah bahagianya seandainya aku masih muda
perkasa. Alangkah gembiranya seandainya aku masih hidup tatkala kamu diusir
oleh kaummu.”
Rasulullah SAW. bertanya, “Apakah mereka akan
mengusirku?” Waraqah menjawab, “Ya. Tidak seorang pun yang datang membawa
seperti yang kamu bawa kecuali akan diperangi. Seandainya kelak aku masih hidup
dan mengalami hari yang kamu hadapi itu pasti aku akan membantumu sekuat
tenagaku.”
Setelah itu, selama tiga tahun lamanya Rasulullah SAW.
berdakwah secara rahasia. Hingga kemudian turun surat Al-Hijr ayat 94 yang
memerintahkan Rasulullah SAW. agar berdakwah secara terang-terangan. “Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musryik.[30]”
D.
ORANG-ORANG
YANG PERTAMA KALI BERIMAN ATAS KERASULAN MUHAMMAD SAW
Selama tiga tahun pertama, Muhammad SAW hanya menyebarkan agama terbatas
kepada teman-teman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya
dan meyakini ajaran Muhammad SAW adalah para anggota keluarganya serta golongan
masyarakat awam. Muhammad SAW menjadi nabi dan berdakwah pada kisaran tahun 610 - 614 Masehi. Setelah adanya wahyu, surat Al-Muddatsir: 1-7[31] sebagai berikut:
$pkr'¯»t ãÏoO£ßJø9$# ÇÊÈ óOè% öÉRr'sù ÇËÈ y7/uur ÷Éi9s3sù ÇÌÈ y7t/$uÏOur öÎdgsÜsù ÇÍÈ tô_9$#ur öàf÷d$$sù ÇÎÈ wur `ãYôJs? çÏYõ3tGó¡n@ ÇÏÈ Îh/tÏ9ur ÷É9ô¹$$sù ÇÐÈ
1) Hai orang yang berkemul (berselimut),
2) bangunlah, lalu berilah peringatan!
3) dan Tuhanmu agungkanlah!
4) dan pakaianmu bersihkanlah,
5) dan perbuatan dosa tinggalkanlah,
6) dan janganlah kamu memberi (dengan maksud)
memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
7)
dan
untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
Dengan turunnya surat Al-Muddatsir ini, mulailah Rasulullah berdakwah. Mula-mula ia
melakukannya secara sembunyi-sembunyi di lingkungan keluarga, sahabat, pengasuh dan budaknya.
Orang pertama yang menyambut dakwahnya adalah Khadijah, istrinya. Dialah yang
pertama kali masuk Islam. Menyusul setelah itu adalah Ali bin Abi Thalib, saudara sepupunya yang
kala itu baru berumur 10 tahun, sehingga Ali menjadi lelaki pertama yang masuk
Islam[32].
Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak
masa kanak-kanak. Baru kemudian diikuti oleh Zaid bin Haritsah, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya,
dan Ummu Aiman, pengasuh Muhammad SAW
sejak ibunya masih hidup. Setelah mereka, lalu masuk yang lainnya. Abu Bakar
sendiri kemudian berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqas, dan Thalhah bin Ubaidillah. Dari dakwah yang masih
rahasia ini, belasan orang telah masuk Islam. Sedangkan menurut sejarah Islam,
putri Abu Bakar yaitu Aisyah adalah orang ke 21 atau
22 yang masuk Islam[33].
Dengan
sudah mulai masuknya para pemeluk Islam Muhammad SAW mulai merasa perlu mencari sebuah tempat bagi para pemeluk
Islam dapat berkumpul bersama. Di tempat itu akan diajarkan kepada mereka
tentang prinsip-prinsip Islam, membacakan ayat-ayat Al-Qur'an, menerangkan
makna dan kandungannya, menjelaskan hukum-hukumnya dan mengajak mereka untuk
melaksanakan dan mempraktikkannya. Pada akhirnya Muhammad SAW memilih sebuah
rumah di bukit Shafa milik Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam. Semua kegiatan itu dilakukan secara rahasia tanpa
sepengetahuan siapa pun dari kalangan orang-orang kafir.
Rumah Abu Abdillah al-Arqam bin Abi al-Arqam ini
merupakan Madrasah
pertama sepanjang sejarah Islam, tempat ilmu pengetahuan dan amal saleh
diajarkan secara terpadu oleh sang guru pertama, yaitu Muhammad SAW Rasulallah.
Ia sendiri yang mengajar dan mengawasi proses pendidikan disana.
Orang-orang yang pertama
masuk Islam ini kemudian populer disebut As
Sabiqun Al Awalun. Yaitu orang-orang terdahulu pertama kali masuk/ memeluk
Islam. Kebanyakan dari mereka adalah para budak, fakir miskin, dan orang-orang
yang lemah[34].
Yang termasuk As-Sabiqun
Al-Awwalun adalah sebagai berikut:
Khadijah, Zaid bin
Haritsah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Al-Shiddiq, Ummu Aiman, merekalah orang
yang pertama kalinya mengucap kalimat dua syahadat, lalu menyebar ke yang
lainnya. Kesemuanya berasal dari kabilah Quraisy[35].
E. BERDAKWAH SECARA
TERANG-TERANGAN
Dakwah secara siriyyah
nabi dilakukan selama kurang lebih 3
tahun dan hanya 40 orang yang beriman terhadap ajaran nabi Muhammad SAW. Maka
turunlah ayat:
öÉRr&ur y7s?uϱtã úüÎ/tø%F{$# ÇËÊÍÈ
Artinya:
Dan berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, (26: 214)
÷íyô¹$$sù $yJÎ/ ãtB÷sè? óÚÌôãr&ur Ç`tã tûüÏ.Îô³ßJø9$# ÇÒÍÈ $¯RÎ) y7»oYøxÿx. úïÏäÌöktJó¡ßJø9$# ÇÒÎÈ
Artinya:
Maka sampaikanlah
olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan
berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (15: 94)
Sesungguhnya Kami
memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan
(kamu). (15:95).
Muhammad SAW mulai terbuka menjalankan dakwah secara terang-terangan.
Mula-mula ia mengundang kerabat karibnya bangsa Quraisy dalam sebuah jamuan.
Pada kesempatan itu ia menyampaikan ajarannya.
Namun ternyata hanya sedikit yang menerimanya. Sebagian menolak dengan
halus, sebagian menolak dengan kasar, salah satunya adalah Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil. Mereka sangat membenci
ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW.
Sebelum kelahiran Muhammad SAW, orang-orang Arab Quraisy adalah para
penyembah berhala. Mereka suka membunuh
anak laki-Iaki dan menanam hidup-hidup anak perempuan. Mereka mudah membunuh
sebagian yang lain hanya karena hal-hal yang sepele. Oleh karena itu ketika Muhammad
SAW mengajak mereka untuk menyembah Allah yang Esa, meninggalkan kepercayaan
mereka, mereka marah besar. Mereka yang semula cinta kepadanya berubah menjadi
kebencian dan kemarahan. Sedangkan mereka yang semula membenarkan Muhammad SAW,
telah berubah menjadi orang-orang yang mendustakannya[36].
Rasulullah SAW. pun menjalankan perintah itu. Berdakwah
secara terang-terangan selama 10 tahun. Terutama di musim-musin haji. Beliau
mendatangi orang-orang dari rumah ke rumah. Berdakwah di Pasar ‘Ukkadz,
Majannah, dan Dzul-Majaz. Beliau mengajak orang banyak untuk memeluk Islam dan
menawarkan surga sebagai imbalan. Beliau sampaikan seluruh risalah Allah SWT.
yang sampai kepadanya ketika itu. Namun, tidak banyak yang mau menyambut
ajakannya[37].
Setelah nabi Muhammad SAW melakukan dakwah secara
terang-terangan pemimpin Quraisy berusaha menghalangi dakwah Rasul, semakin
banyak yang masuk Islam maka semakin besar pula gangguan dari kaum Quraisy. Ada
lima faktor yang menyebabkan kafir Quraisy selalu ingin mengahalngi dakwah nabi
Muhammad SAW, yaitu:[38]
(1) Mereka
tidak membedakan kenabian dengan kekuasaan. Mereka mengita bahwa tuntuk kepada
seruan Muhammad SAW berarti tunduk kepada Bani Abdul Muthalib yang sangat tidak
mereka inginkan;
(2) Nabi
Muhammad SAW menyerukan persamaan antara yang kaya dengan hamba sahaya (budak),
hal ini tidak disetujui oleh kalangan bangSAWan Quraisy;
(3) Kaum
kafir Quraisy menolak ajaran tentang hari kebangkitan dan adanya pembalasan di
akhirat;
(4) Taklid
kepada nenek moyang adalah sudah menjadi kebiasaan pada bangsa Arab; dan
(5) Para
pembuat patung memandang ajaran Islam sebagai penghambat rejeki mereka.
Bahkan Rasulullah SAW menemui banyak rintangan. Berbagai
macam siksaan yang menyulitkan langkah dakwahnya datang dari masyarakat Mekah.
Tidak sedikit orang menuduh beliau sebagai orang gila, tukang sihir, atau
dukun.
Banyak cara yang ditempuh oleh kaum Quraisy untuk
mencegah dakwah nabi Muhammad SAW. Mereka mendatangi paman nabi, Abu Thalib[39].
Kemudian kafir Quraisy memberikan ancaman kepada Abu Talib dengan memberikan
dua pilihan, yaitu kafir Quraisy meminta Abu Thalib menghentikan dakwah nabi
Muhammad SAW, atau kafir Quraisy sendirri yang akan menanganinya. Abu Thalib
pun sedikit takut dengan ancaman itu, dan meminta nabi Muhammad SAW untuk menghentikan dakwahnya, namun nabi menolak
dengan mengatakan:
“Demi Allah saya tidak akan berhenti
memperjuangkan amanah Allah ini, walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak
saudara akan mengucilkan saya”.
Abu Thalib pun terharu mendengar kata-kata itu, dan
berkata: “Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu”[40].
F.
HIJRAH
KE HABASYAH
Pada tahun ke-5 kenabian, Rasulullah SAW memerintahkan
para sahabatnya hijrah ke Habasyah (sekarang Ethiopia). Keputusan ini diambil
karena siksaan yang dilakukan masyarakat Quraisy terhadap kaum muslimin ketika
itu semakin gencar. Rasulullah SAW memilih Habasyah karena, “Di sana terdapat
seorang pemimpin yang tidak aniaya terhadap siapa pun yang ada di dekatnya.”
Rombongan sahabat Rasulullah SAW. yang hijrah pertama
kali ini terdiri atas 12 orang pria dan 4 orang wanita. Rasulullah SAW menunjuk
Utsman bin Affan sebagai amir kafilah hijrah ini[41].
G.
HIJRAH
KEDUA KE HABASYAH
Tak lama kemudian Hamzah bin Abdul Muthallib dan Umar bin
Khaththab masuk Islam. Kabar ini sampai ke telinga para sahabat yang hijrah di
Habasyah. Mereka tahu betul bahwa Hamzah dan Umar adalah sosok yang punya
karakter, berani, dan perkasa. Karena itu mereka yakin bahwa dengan masuknya
kedua orang itu kaum muslimin di Mekah akan menjadi kuat. Karena itu, para
muhajirin itu memutuskan untuk kembali pulang ke Mekah.
Namun, tatkala sampai ke Mekah mereka mendapati tidak
seluruh kaum muslimin terbebas dari siksaan kaum Quraisy. Terutama
mereka-mereka yang tidak mendapatkan jaminan keselamatan dari tokoh-tokoh Quraisy
terpandang. Ketika siksaan dari kaum Quraisy sampai pada titik puncak yang tak
bisa ditanggung lagi oleh kaum muslimin yang lemah, Rasulullah SAW. mengizinkan
mereka kembali hijrah ke Habasyah.
Hijrah yang kedua kalinya ini dilakukan oleh 83 orang
pria dan 19 orang wanita. Kaum musyrikin Quraisy mengutus Amr bin Al-’Ash dan
‘Ammarah bin Al-Walid menemui Najasyi, Raja Habasyah. Mereka membawa berbagai
hadiah. Mereka meminta Najasyi mengekstradisi kaum muslimin lari dari Mekah.
Namun Najasyi menolak sebelum mendengar langsung perkara yang sebenarnya dari
pihak kaum muslimin.
Ja’far bin Abu Thalib RA tampil menjadi juru bicara kaum
muslimin. Ia menjelaskan keadaan mereka ketika di masa jahiliyah dan bagaimana
mereka berubah ketika menerima Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Hidayah itu
telah mengubah diri mereka menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Ja’far juga
memperdengarkan beberapa ayat Al-Qur’an kepada Raja Najasyi, yaitu awal surat
Maryam. Ayat itu berisi padangan Islam tentang Isa bin Maryam AS Isa adalah
seorang hamba Allah dan Rasul-Nya. Mendengar keterangan itu, Najasyi memutuskan
mengembalikan semua hadiah kaum musyrikin Quraisy dan memuliakan kaum muslimin
sebagai tamu di negerinya.
H.
BERBAGAI
JENIS SIKSAAN YANG MENIMPA RASULULLAH SAW. DAN SAHABATNYA
Ada dua alasan mengapa kaum Quraisy tidak mau menerima
dakwah Rasulullah SAW. padahal mereka tahu betul akan kepribadian Rasulullah SAW.
yang tidak pernah berdusta. Bahkan mereka sendiri menggelari Rasulullah SAW.
dengan sebutan Al-Amin (orang yang terpercaya)[42].
Alasan pertama,
ritual penyembahan mereka kepada berhala adalah tradisi yang diwariskan dari
generasi ke generasi. Karena itu, Islam dipandang sebagai ajaran yang mengancam
tradisi leluhur yang harus mereka pertahankan. Alasan kedua, kaum Quraisy secara turun temurun punya kedudukan
tinggi di masyarakat Mekah. Mereka mengurus jamaah haji, memegang kunci Ka’bah,
dan menguasai sumur Zamzam. Kedatangan Islam akan menggeser hak istimewa mereka
itu. Karena itu, mereka menolak dakwah Rasulullah SAW.
Mereka berusaha menghentikan dakwah Rasulullah SAW.
Mereka menawarkan tiga hal -harta, tahta, dan wanita-kepada Rasulullah SAW.
agar berhenti mendakwahkan Islam. Rasulullah SAW. Menolak, Bahkan Rasulullah SAW
menawarkan, “Ucapkanlah laa ilaaha illallah, niscaya kalian akan mengusai
bangsa Arab.”
Cara “halus” tak berhasil. Mereka menebar teror dengan
siksaan terhadap Nabi dan kaum muslimin. Jika terhadap muslim yang memiliki
kedudukan dan kehormatan dalam masyarakat, musyrikin Quraisy hanya menebar
ancaman. Abu Jahal mengintimidasi seorang muslim golongan ini, “Engkau
tinggalkan agama nenek moyangmu, padahal mereka lebih baik darimu. Kami akan
rendahkan angan-anganmu. Kami akan lecehkan kehormatanmu. Akan kami rusak
usahamu dan kami hancurkan hartamu.”
Terhadap kaum muslimin dari golongan lemah -apakah lemah
secara ekonomi (fakir miskin atau lemah secara status sosial (budak)-musyrikin Quraisy
tidak segan-segan menyiksa mereka. Bani Makhzum menyiksa keluarga Yasir. Yasin
dan istrinya, Sumayyah, syahid dalam siksaan tersebut. Ammar bin Yasir memelas
kepada Rasulullah SAW., “Wahai Rasul, siksaan kepada kami telah mencapai
puncaknya.” Rasulullah SAW. menghibur Ammar, “Bersabarlah, wahai Abul Yaqdzan.
Bersabarlah, wahai keluarga Yasir. Balasan untuk kalian adalah surga.”
Kaum musyrikin juga menyeret Bilal bin Rabah ke tengah
padang pasir di tengah hari. Mereka melempari tubuh telanjang Bilal dengan
batu-batu yang terpanggang panas matahari. Kemudian menindih dada Bilal dengan
batu besar. Mereka memerintahkan Bilal menyebut nama tuhan-tuhan mereka. Tapi
Bilal menolak. Ia mengucap, “Ahad, Ahad….”
I.
ISRA’ DAN MI’RAJ
Di tengah himpitan musuh dan kehilangan pembela, Rasulullah SAW. ditemani
Jibril, diperjalankan oleh Allah SWT. dari Mekah ke Baitul Maqdis dengan
mengendarai Buraq. Di Baitul Maqdis Rasulullah SAW. shalat dan menjadi imam
dengan makmum para nabi. Setelah itu, Nabi SAW. naik ke langit dunia. Di sana
beliau bertemu dengan Nabi Adam a.s. Di langit kedua bertemu dengan Nabi Isa dan
Yahya a.s. Di langit ketiga bertemu Nabi Yusuf a.s. Di langit keempat Nabi
Idris. Di langit kelima bertemua Nabi Harun. Di langit kelima bertemu dengan Nabi
Musa a.s. Di langit ketujuh bertemu Nabi Ibrahim a.s. Kemudian Rasulullah SAW.
sampai di Sidratul Muntaha, lalu diangkat ke Baitul Ma’mur. Di sini Jibril
terlihat dalam bentuknya yang asli.
Allah SAW. telah berbicara dengan Rasulullah SAW. dan memberi perintah
wajibnya shalat 5 waktu. Sebelumnya perintah itu adalah 50 kali dalam sehari
semalam. Tapi, setelah berdiskusi dengan Nabi Musa, Rasulullah SAW. bolak-balik
meminta keringanan kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW. menceritakan tentang peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini kepada
kaum muslimin dan penduduk Mekah. Kaum musyrikin mendustakan, meski Rasulullah SAW.
mampu memberi bukti dengan menerangkan secara terperinci tentang Baitul Maqdis
dan kafilah Quraisy yang tengah kembali dari Syam.
Hanya Abu Bakar orang yang tidak ragu dengan cerita Rasulullah SAW.
tersebut. Tak heran jika Rasulullah SAW. memberinya gelar As-Shiddiq.
J.
HIJRAH KE MADINAH
Di Mekah terdapat Ka'bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku
berziarah ke Ka'bah dalam suatu kegiatan tahunan, dan mereka menjalankan
berbagai tradisi keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut. Muhammad
SAW mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam. Di antara mereka yang
tertarik dengan seruannya ialah sekumpulan orang dari Yathrib (dikemudian hari berganti nama menjadi Madinah). Mereka menemui Muhammad SAW dan beberapa orang Islam dari Mekah di suatu
tempat bernama Aqabah secara
sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk
melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad SAW) dan orang-orang Islam Mekah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam
dari Yathrib datang lagi ke Mekah. Mereka menemui Muhammad SAW di tempat mereka
bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu
belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang
orang-orang Islam Mekah untuk berhijrah ke Yathrib. Muhammad SAW akhirnya
setuju untuk berhijrah ke kota itu.
Ada beberapa alasan nabi memilih Madinah
sebagai tempat menyebarkan Islam, yaitu:
1) Madinah tanahnya subur, sehingga dari sisi finansial umat Islam
bisa sedikit terbantu
2) Adanya bantuan dari pihak Anshor yang sudah siap jiwa dan raga
untuk berkorban membantu nabi Muhammad SAW dalam menyiarkan agama Islam
3) Adanya keinginan dari suku Aus dan Khazraj untuk mencari yang bida
mendamaikan mereke yang sedang bertikai. Salah satu caranya adalah mencari
seorang yang adil tetapi bukan dari warga Madinah, maka kedua kelompok suku
tersebut mengajak/ menunjuk nabi untuk bisa mendamaikan mereka[43].
Mengetahui bahwa banyak masyarakat Islam
berniat meninggalkan Mekah, masyarakat jahiliyah Mekah berusaha
menghalang-halanginya, karena beranggapan bahwa bila dibiarkan berhijrah ke
Yathrib, orang-orang Islam akan mendapat peluang untuk mengembangkan agama
mereka ke daerah-daerah yang lain. Setelah berlangsung selama kurang lebih dua
bulan, masyarakat Islam dari Mekah pada akhirnya berhasil sampai dengan selamat
ke Yathrib, yang kemudian dikenal sebagai Madinah atau "Madinatun Nabi"
(kota Nabi).
REFERENSI
Ahmad Syalabi, Mausu`at al-Tarikh al Islam wa al Hadharat al
Islamiyah, (Kairo: Maktabah al-Nahdhah
Badri Yatim, (2002)
Sejarah Peradaban Islam, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada.
Esposito, John
(1998). Islam: The Straight Path. Oxford University Press.
Hart, Michael. 2007.
100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa. Batam: Karisma Publising
Group.
M.m. Al a`zami (2006) The
History of Quranic Text from Relevation to Compilation. Penerjemah Sohirin
Solihin. Jakarta; Gema insani.
Martin Lings.
(1991) His Life Based on The Earlieat
Sources. Islamic Text Society. Cambride. United Kingdom..
Maulana Wahiduddin
Khan, (2005) Muhammad SAW Nabi Untuk Semua. Jakarta; Pustaka Alfabet.
Moenawar Chalil, (2001) Pertama Masuk Islam, Kelengkapan Tarikh
Nabi Muhammad SAW. Jakarta; Gema Insani Press.
Muhammad Husaen Haekal, (1990) Sejarah Hidup Muhammad,
(Jakarta:Litera Antarnusa.
Ordoni Abu Muhammad SAW. (2007) Fathimah
Buah Cinta Rasulullah. Jakarta; Pustaka Zahra.
Qadi `Iyad Ibn Musa al-Yashubi (2003) Muhammad
SAW Messengger of Allah. Scotland; Madinah Press Inverness.
Razwy, Sayed Ali Asgher (1997) Muhammad
Rasulullah SAW. Terj. Dede Azwar Nurmansyah. Jakarta; Pustaka Zahra.
Thomas, Arnold. (1979) The Preaching of
Islam. Terj. H.A. Nawawi Rambe. Jakarta: Widjadja.
www.http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad#Kerasulan
[1] Maulana Wahiduddin
Khan, Muhammad SAW Nabi Untuk Semua.
Pustaka Alfabet; Jakarta. 2005. 154
[2] http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad#Kerasulan
[5] http://pustaka-ebook.com/sejarah-nabi-muhammad-saw/
[6] Sebagian riwayat
menyebutkan ketika berusia 20 tahun
[7] Razwy, Sayed Ali
Asgher, Muhammad Rasulullah SAW, Terj. Dede Azwar Nurmansyah. Jakarta: Pustaka Zahra. Penterjemah,. 1997.
43.
[8]
Muhammad Husaen Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta:Litera
Antarnusa, 1990), hal 49.
[9]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta; PT. Raja Grafindo
Persada, 2002) hal 49
[13] M.m. Al a`zami. The history of quranic text from relevation to compilation.
Penerjemah., Sohirin Solihin. Gema insani. Jakarta. 2006. 25
[14] Op cit. 26
[15] Peristiwa ini terjadi
sekitar tahun 605 M, ketika Nabi berusia 35 tahun.
[16] http://pustaka-ebook.com/sejarah-nabi-muhammad-saw/
[17] Martin Lings. His life based on the earlieat sources. Islamic text society.
Cambride. United kingdom. 1991. 64.
[18] http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad
[19] http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad
[20] Op.cit 66
[22] http://www.al-huda.net/cari_arkib_arkib.php?id=17
[23] Ordoni Abu Muhammad SAW. Fathimah Buah Cinta Rasulullah. Jakarta.
Zahra. 2007. 33
[24] Op.cit 33
[25]
http://arishu.blogspot.com
[26] Gua Hira terletak
sekitar tiga mil di sebelah utara kota Mekah
[28] Martin Lings. His life based on the earlieat sources. Islamic text society.
Cambride. United kingdom. 1991. 83
[29] Peristiwa ini terjadi
pada malam senin 17 Ramadhan tahun 13 sebelum Hijrah bertepatan dengan 6 Agustus 610 M. Yakni waktu wahyu pertama
kali turun surat Al Alaq ayat 1-5
[30] http://www.al-huda.net/cari_arkib_arkib.php?id=17
[32] http://www.al-huda.net/cari_arkib_arkib.php?id=17
[33] http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/index.html
[34] http://muslim.condetsoft.com/index_files/sejarah_rasulullah_saw.htm
[35] http://id.wikipedia.org/wiki/As-Sabiqun_al-Awwalun
[36] http://www.al-huda.net/cari_arkib_arkib.php?id=17
[37]
Ahmad Syalabi, Mausu`at al-Tarikh al Islam wa al Hadharat al Islamiyah,
(Kairo: Maktabah al-Nahdhah
[38]
Ahmad Syalabi, Mausu`at al-Tarikh al Islam wa al Hadharat al Islamiyah,
(Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, 1974), hal 87-90
[39]
Kafir Quraisy mendatangi Abu Thalib karena sangat disegani waktu itu, dan
perlindungan nabi terletak pada Abu Thalib.
[40]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 2002: 21
[41] http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad
[42] Dakwatuna.com
[43] Thomas,
Arnold. The Preaching of Islam. Terj. H.A. Nawawi Rambe. Jakarta: Widjadja,
1979. hal 19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar